REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM – Aparat polisi Israel menginterogasi Rabi Elayyan, seorang pria yang memiliki anak berusia empat tahun. Sebab, balita anak warga Palestina itu diduga telah melemparkan batu ke kendaraan militer Israel di Yerusalem Timur.
Rabi Elayyan menuturkan, dirinya dipanggil untuk menjalani interogasi pada Selasa (30/7). Dia pun menepis tuduhan polisi Israel yang ditimpakan kepada putranya, Mohammed.
"Anak saya terlalu muda untuk mengerti apa itu polisi, apalagi mulai melempari mereka dengan batu. Saya menantang mereka untuk menunjukkan bukti dugaan itu," ujar pria yang sehari-hari berprofesi sebagai sopir truk itu kepada Aljazeera, dikutip Rabu (31/7)
Bagaimanapun, aparat polisi Israel bersikeras. Elayyan pun diberi peringatan oleh polisi negara zionis itu untuk memastikan, putranya tidak mengulangi dugaan pelanggaran tersebut.
Pria 35 tahun itu menambahkan, putranya sempat mengalami trauma lantaran pengalaman tak menyenangkan itu. Bahkan, sejak saat itu Mohammed jadi ketakutan ketika melihat orang berseragam polisi.
Foto yang diunggah di media sosial menunjukkan, Elayyan dan Mohammed dikawal oleh sejumlah warga yang mendukungnya ketika datang ke kantor polisi untuk diinterogasi. Elayyan mengatakan, polisi Israel mendesaknya untuk membawa anaknya itu dalam interogasi tersebut.
Israeli intelligence summons for interrogation Palestinian child Mohammad Elayyan from occupied Jerusalem pic.twitter.com/1zZL1e5CeC
— Quds News Network (@QudsNen) July 29, 2019
Kepala Asosiasi Tahanan Palestina Qaddoura Faris mengatakan, Israel terus bergerak menjadi negara yang rasis. Israel tidak peduli dengan hukum internasional atau citra bangsa beradab di dunia. Menurut Faris, Israel saat ini memenjarakan antara 250 hingga 350 anak-anak Palestina di bawah umur.
Penganiayaan Israel terhadap anak-anak Palestina, termasuk yang berasal dari Yerusalem Timur, telah menjadi bagian dari penjajahan. Faris menyebut, kasus yang menimpa Elayyan dan putranya, merupakan kejadian yang sangat umum terjadi.