Rabu 31 Jul 2019 15:55 WIB

PSK Amsterdam Tolak Digusur dari Red Light Disctrict

Wali Kota Femke Halsema bertekad membenahi kawasan "red light district"

Rep: deutsche-welle/ Red:
Pekerja Seks Komersial Amsterdam Tolak Digusur dari
Pekerja Seks Komersial Amsterdam Tolak Digusur dari

Wali Kota Femke Halsema bertekad membenahi kawasan yang dikenal sebagai "red light district" di pusat kota Amsterdam. Dia bahkan mengancam akan menutup bilik-bilik dengan jendela, yang jadi ciri khas distrik lampu merah itu. Tetapi para pekerja seks komersial (PSK) mengatakan mereka tidak mau pindah dari sana.

"Saya ingin mengatakan satu hal kepada semua orang yang menyebut kami merupakan risiko, itu karena mereka tidak mengenal kami sama sekali," kata Felicia Anna, Ketua Red Light United, serikat PSK yang baru saja dibentuk.

"Semua itu menunjukkan kepada saya dan kepada semua kolega saya, bahwa orang-orang yang berbicara tentang kita, benar-benar tidak mengenal kita," kata seorang PSK, yang menolak memberikan nama aslinya, kepada kantor berita AFP.

Kawasan red light distric di pusat kota Amsterdam memang menjadi salah satu daya tarik wisata di kota, yang tahun lalu menarik sekitar 18 juta pengunjung. Namun meningkatnya kriminalitas dan banyaknya pengunjung telah berkontribusi pada masalah besar di kawasan itu.

Empat opsi dan anjuran berlisensi

Walikota Femke Halsema, perempuan pertama yang memimpin Amesterdam, menyebut "perilaku yang mengganggu dan sikap tidak sopan terhadap pekerja seks di bilik jendela" sebagai masalah utama, bersamaan dengan "peningkatan besar dalam pelacuran ilegal."

Dia mengajukan empat opsi untuk pembenahan red light district, dengan tujuan untuk meredam kriminalitas dan perdagangan manusia, dan untuk membuat hidup lebih menyenangkan bagi orang-orang yang tinggal di sana.

Yang pertama adalah untuk menggunakan tirai atau gambar-gambar di bilik jendela, sehingga orang tidak dapat melihat pekerja seks dari jalanan. Opsi kedua memindahkan beberapa bilik jendela ke area lain di kota, sementara opsi yang lebih radikal adalah menutup dan memindahkan semuanya.

Pilihan keempat adalah untuk benar-benar meningkatkan jumlah rumah bordil di distrik itu, mungkin juga menciptakan "hotel seks", dengan alasan bahwa hal itu akan membantu pekerja seks yang masih ilegal untuk untuk menjadi pekerja seks berlisensi.

Penduduk lokal ingin relokasi

Orang-orang yang tinggal di kawasan itu mendukung usulan perubahan. Salah satu warga mengatakan kepada AFP "para perempuan di sana diperlakukan lebih buruk daripada binatang sirkus."

"Banyak warga lebih ingin melihat bilik jendela itu ditutup dan dipindahkan ke tempat lain," katanya. Tetapi kebanyakan PSK tidak ingin pindah.

"Penelitian kami, di antara 170 pekerja seks di belakang jendela, 93 persen dari mereka tidak ingin pindah dari red light district," kata Anna, kelahiran Rumania.

"Dari empat opsi untuk pekerja seks, hanya nomor empat yang menguntungkan kita," katanya. "Kami tidak mendukung tiga opsi lainnya."

Mereka yang terlibat dalam bisnis seks mengakui memang ada masalah, terutama dengan banyaknya wisatawan. Tetapi mereka mengatakan bahwa menutup bilik jendela atau memindahkannya bukanlah jawaban terhadap masalahnya.

"Dari opsi-opsi itu, kami pikir yang keempat tentu saja yang terbaik," kata Masten Stavast, yang memiliki sekitar 27 bilik jendela dan kamar yang disewakan kepada pekerja seks.

Anak lelaki sekaligus mitra bisnisnya, Dave Kroeke mengakui: "Amsterdam adalah kota yang kecil dan akhir-akhir ini memang jalanan sudah terlalu penuh. Sesuatu harus berubah."

Baru-baru ini, penduduk, pemilik bisnis, dan pekerja seks red light distric melakukan pertemuan dengan dengan pejabat kota, termasuk walikota Femke Halsema, untuk membahas dan bertukar gagasan tentang proposal-proposalnya. Bulan September mendatang pembicaraan lebih lanjut sudah dijadwalkan.

hp/ml (dpa, afp)

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan deutsche welle. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab deutsche welle.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement