REPUBLIKA.CO.ID, GUNUNG MAS -- Pemerintah terus mematangkan rencana pemindahan ibu kota. Salah satu opsi lokasi ibu kota adalah di Gunung Mas, Kalimantan Tengah. Kendati begitu, tidak semua warga langsung setuju soal pemindahan di sana.
“Kalau ibu kota jadi pindah ke sini, saya malah takut, nanti nasib kita gimana. Pasti jadi terpinggirkan,” kata Ucang sembari menggenggam palu memecahkan bebatuan yang digunakan untuk membuat jalan di depan rumahnya.
Ucang, perempuan berusia 40 tahun ini adalah salah seorang warga Desa Tumbang Talaken, Kecamatan Manuhing, Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah.
Mengenakan kaos bergambarkan Monas Jakarta, Ucang khawatir pemindahan ibu kota menuju Kabupaten Gunung Mas hanya akan memindahkan Jakarta beserta hiruk pikuknya.
Ucang yang berprofesi sebagai guru SD sejak tahun 2006 tersebut, terpaksa melakukan pekerjaan sambilan memecah batu mendapat uang tambahan untuk membiayai renovasi rumahnya.
Di baju yang dia kenakan terpampang jelas gambar Tugu Monas, Jakarta, meskipun ia tidak pernah tinggal atau singgah di Jakarta. Ia mengaku hanya melihat potret Jakarta dari media televisi yang kerap ia tonton ketika senggang.
“Kalau di sini, banyak masyarakat yang putus sekolah, berbeda dengan Jakarta yang sudah maju banyak orang pintar, kami pasti kalah kalau harus bersaing dengan orang-orang yang sudah tinggal di kota besar,” kata Ucang.
Baca juga, Calon Ibu Kota, Harga Tanah di Gunung Mas Naik 4 Kali Lipat.
Kekhawatiran Ucang lebih pada bagaimana Pemerintah dapat meningkatkan sumber daya manusia (SDM) di wilayah itu dengan memberikan fasilitas bagi penduduk lokal untuk mengembangkan kemampuan dari berbagai sektor untuk menghadapi serbuan para pendatang jika Gunung Mas benar menjadi ibu kota baru Indonesia.