REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Federal Reserve memangkas suku bunga utamanya pada Rabu (31/7) untuk pertama kalinya dalam satu dekade. Kebijakan ini untuk menghadapi ancaman mulai dari ketidakpastian yang disebabkan oleh perang dagang, inflasi yang sangat rendah dan prospek global yang suram.
Dilansir di AP News, Kamis (1/8), disebutkan The Fed juga mengulangi janji untuk bertindak yang sesuai diperlukan untuk mempertahankan ekspansi. Pasar keuangan telah menafsirkan pernyataan tersebut sebagai sinyal kemungkinan penurunan suku bunga di masa mendatang.
Bank sentral AS ini mengurangi suku bunga acuannya, yang memengaruhi banyak pinjaman untuk rumah tangga dan bisnis dengan seperempat poin menjadi kisaran 2 persen hingga 2,25 persen.
Ini adalah penurunan suku bunga pertama sejak Desember 2008 selama kedalaman Resesi Hebat, ketika The Fed memangkas suku bunganya ke rekor terendah mendekati nol dan mempertahankannya di sana sampai 2015. Ekonomi jauh lebih sehat sekarang meskipun ada risiko untuk apa yang menjadi ekspansi terpanjang.
Selain pemotongan suku bunganya, The Fed juga mengatakan akan berhenti menyusutkan portofolio obligasi yang sangat besar pada Agustus, dua bulan lebih awal dari yang direncanakan.
Langkah ini dimaksudkan untuk menghindari tekanan ke atas pada suku bunga pinjaman jangka panjang. The Fed telah agresif membeli obligasi Treasury dan hipotek setelah krisis keuangan untuk menurunkan suku bunga jangka panjang tetapi secara bertahap menyusut neraca keuangannya karena ekonomi menguat.
Saham anjlok segera setelah The Fed mengeluarkan pernyataan pada pukul 2 siang waktu setempat. Dow Jones Industrial Average, yang hampir di posisi flat sebelum pengumuman, turun hampir 300 poin sekitar satu jam kemudian, tepat saat Gubernur The Fed Jerome Powell mengadakan konferensi pers.
Investor nampak kecewa karena Powell menolak untuk mengatakan bahwa The Fed memperkirakan beberapa pemotongan suku bunga menyusul keputusan pada hari Rabu.