REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kualitas udara di kawasan Mangga Dua Selatan, Jakarta Pusat, tercatat paling buruk pada kategori tidak sehat di antara wilayah lain di DKI Jakarta, yaitu pada angka 168 dengan konsentrasi parameter PM 2.5 sebesar 89 ug/m3.
Berdasarkan laman resmi Air Visual, Kamis (1/8) siang, Pejaten Barat, Jakarta Selatan, menjadi yang terburuk kedua setelah Mangga Dua Selatan, Jakarta Pusat. Hal itu ditandai dengan angka 164 dengan konsentrasi parameter PM 2.5 sebesar 81.7 ug/m3.
Selanjutnya, wilayah di Pegadungan, Jakarta Barat, juga mencatat kualitas udara kategori tidak dengan AQI sebesar 158, sementara konsentrasi PM 2,5 di wilayah itu adalah 69.2 ug/m3.
Sementara itu, kualitas udara di wilayah Rawamangun, Jakarta Timur, juga masih tergolong tidak sehat untuk kelompok sensitif dengan indeks kualitas udara pada angka 157 dan PM 2,5 sebesar 68.1 ug/m3. Untuk wilayah Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta Pusat, kualitas udaranya juga masih tergolong tidak sehat untuk kelompok sensitif dengan indeks 102 dan konsentrasi PM 2,5 sebesar 36 ug/m3.
Sedangkan wilayah di sekitar Kedutaan AS, Jakarta Selatan, mencatatkan kualitas udara tidak sehat dengan angka AQI US sebesar 152 dan konsentrasi PM 2,5 sebesar 58 ug/m3. Kawasan Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta Selatan, masuk dalam kategori tidak sehat bagi kelompok sensitif, dengan angka AQI US sebesar 139 dan konsentrasi PM 2,5 sebesar 51 ug/m3.
Berbeda dengan wilayah Kemayoran, Jakarta Pusat, yang mencatatkan kualitas udara cukup baik di antara wilayah lainnya dengan berada di kategori layak, dengan indeks 58 dan konsentrasi PM 2,5 sebesar 70 ug/m3. Sebelumnya, kualitas udara DKI Jakarta pada Kamis siang pukul 11.30 WIB menjadi yang paling buruk atau tidak sehat dibandingkan negara-negara lainnya. Tercatat di angka 161 atau dengan parameter PM 2.5 konsentrasi 75,4 ug/m3 berdasarkan US Air Quality Index (AQI) atau indeks kualitas udara.