Kamis 01 Aug 2019 14:50 WIB

China Gelar Latihan Pasukan Antihuru-hara Halau Demonstran

Latihan pasukan Cina dilakukan setelah aksi unjuk rasa Hong Kong bergulir.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Pengunjuk rasa berkumpul di Hong Kong International Airport, Jumat (26/7). Mereka menuntut reformasi demokrasi dan penarikan RUU ekstradisi.
Foto: AP Photo/Vincent Yu
Pengunjuk rasa berkumpul di Hong Kong International Airport, Jumat (26/7). Mereka menuntut reformasi demokrasi dan penarikan RUU ekstradisi.

REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Pasukan Pembebasan Rakyat China atau People's Liberation Army (PLA) merilis sebuah video yang memperlihatkan rekaman latihan pasukan anti-huru-hara. Video berdurasi tiga menit yang diunggah di akun sosial media resmi memperlihatkan bahwa pasukan tersebut sedang menembakkan senjata api dan roket, termasuk mengendalikan helikopter serang serta peluncur rudal. 

Dalam salah satu video yang diberi judul "rekaman latihan antihuru-hara", barisan pasukan membawa perisai dan pentungan untuk menghalau pengunjuk rasa. Mereka melakukan tembakan peringatan, termasuk menembakkan gas air mata dan meriam air. Video tersebut juga memperlihatkan kendaraan lapis baja dan bentangan kawat berduri.

Baca Juga

"Semua konsekuensi adalah risiko yang anda tanggung sendiri," teriak salah satu tentara dalam bahas Kanton di rekaman video tersebut.

Dalam video tersebut, tampak bendera berwarna merah yang dikibarkan sangat tinggi dengan tulisan, "Warning. Stop charging or we use force". Bendera tersebut mirip dengan bendera yang digunakan oleh polisi Hong Kong selama aksi protes. 

Selama aksi protes Hong Kong, PLA tetap berada di barak-barak mereka dan menyerahkan urusan keamanan kepada polisi setempat. Cina mengutuk keras aksi protes yang semakin meningkat di Hong Kong dan mulai diwarnai dengan kekerasan. 

Cina mengatakan, berdasarkan undang-undang mereka dapat mengerahkan PLA jika ada permintaan dari Hong Kong. 

Komandan PLA Hong Kong, Chen Daoxiang mengutuk aksi protes yang berbuntut pada kekerasan tersebut. Menurutnya, aksi protes itu telah mencoreng prinsip "satu negara, dua sistem".

"PLA secara tegas melindungi kedaulatan dan keamanan negara, serta stabilitas Hong Kong," ujar Chen. 

Pada Juli lalu, Reuters melaporkan bahwa Chen telah meyakinkan seorang pejabat Pentagon bahwa pasukan China tidak akan ikut campur dalam urusan dalam negeri mereka. Peran PLA telah lama menjadi salah satu elemen paling sensitif di Hong Kong. Di tengah meningkatnya spekulasi mengenai pengerahan PLA, kepolisian Hong Kong bersikeras bahwa mereka mampu menjaga ketertiban. 

Sebelumnya, juru bicara Kementerian Pertahanan Cina Wu Qian mengatakan, jika pemerintah Hong Kong meminta bantuan pasukan, maka China dapat mengerahkan PLA untuk ikut andil dalam menjaga keamanan dan ketertiban di wilayah tersebut.

Wu menjelaskan, salah satu pasal dalam undang-undang Hong Kong menyebutkan bahwa pasukan keamanan Cina dapat masuk ke wilayah Hong Kong. Wu mengatakan, aturan tersebut merujuk pada Pasal 14 Hukum Garrison Hong Kong.

Dalam undang-undang itu disebutkan, pemerintah Hong Kong dapat memina bantuan pasukan militer China untuk memelihara ketertiban umum atau bantuan bencana. Wu mengatakan, jika pemerintah pusat menyetujui permintaan bantuan maka pasukan keamanan akan segera melakukan tugasnya. 

sumber : Reuters/ AP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement