REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Komandan garnisun Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) Cina Chen Daoxiang berbicara terkait protes di Hong Kong untuk pertama kalinya, Rabu (31/7). Ia mengatakan kerusuhan secara serius mengancam kehidupan, keselamatan rakyat, dan tidak boleh ditoleransi.
Dilansir di Guardian, Kamis (1/8), ia memperingatkan bertekad melindungi kedaulatan nasional, keamanan, stabilitas, dan kemakmuran Hong Kong. Pernyataan itu dibuat oleh Daoxiang di sebuah acara perayaan ulang tahun ke-92 PLA.
Kepala PLA juga memberikan dukungan tegas kepada Kepala Eksekutif Hong Kong, Carrie Lam serta polisi Hong Kong karena menegakkan hukum secara ketat. Dalam acara tersebut, PLA merilis video dramatis yang menampilkan tentara.
Dalam satu adegan, latihan antihuru hara diperlihatkan di mana barisan tentara berbaris memegang perisai. Adegan itu termasuk rekaman tank yang bergulir, meriam air yang digunakan, dan warga yang diborgol dibawa pergi.
Seorang tentara terlihat berteriak dalam bahasa Kanton, bahasa yang digunakan di Hong Kong dan bukan di China, menyatakan "Semua konsekuensi adalah risiko Anda sendiri".
Mantan kepala eksekutif pertama Hong Kong, Tung Chee-hwa, menuduh Amerika Serikat (AS) dan Taiwan mengatur protes yang telah mengguncang Hong Kong. Tung mengklaim politikus asing dan pasukan anti-China dengan motif tersembunyi bekerja membuat ketakutan rakyat Hong Kong.
Selain itu, juga merusak hubungan antara China dan Hong Kong. Ia memperingatkan warga Hong Kong agar tidak mau untuk diperdaya.
Tung merupakan Wakil Ketua Political Consultative Conference Rakyat China, juga memberikan dukungannya kepada pihak berwenang Hong Kong dalam membela aturan hukum untuk memulihkan ketertiban sosial. Ia menyatakan pemerintah sudah mendengar suara publik.
Pernyataan kepala PLA akan memicu kekhawatiran tentara China dapat campur tangan dalam protes. Pekan lalu, seorang pejabat dari kementerian pertahanan China mengatakan Beijing dapat melakukan intervensi secara hukum, jika pemerintah Hong Kong meminta bantuan dalam menjaga ketertiban sosial.
Bloomberg melaporkan seorang pejabat senior AS mengatakan Gedung Putih sedang memantau pasukan China di perbatasan Hong Kong. "Komentar PLA adalah bagian dari perang psikologis melawan Hong Kong. Setiap pengerahan militer di Hong Kong juga akan menimbulkan perselisihan internal di dalam Partai Komunis China," kata seorang peneliti China di Universitas Nottingham, Andreas Fulda.
Hong Kong berada dalam delapan pekan berturut-turut protes, dipicu oleh RUU ekstradisi yang akan memungkinkan tersangka dikirim ke China. Kemarahan publik telah meningkat atas penggunaan kekuatan berlebihan oleh polisi, yang sedang diselidiki oleh pengawas korupsi kota atas tuduhan mereka gagal melindungi publik. Terdapat protes yang direncanakan untuk dua pekan ke depan. Akhir pekan ini, pegawai negeri sipil telah merencanakan unjuk rasa damai pada Jumat, sementara pawai juga telah dijadwalkan pada Sabtu dan Ahad di seluruh wilayah.