Kamis 01 Aug 2019 15:22 WIB

DKPP Jabar Prediksi Kurban Tahun Ini Naik Jadi 275 Ribu

DKPP optimistis ada peningkatan karena daya beli masyarakat juga meningkat.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Gita Amanda
Warga menarik sapi kurban akan disembelih saat Hari Raya Iduladha 1438 H di Lapangan Pirus Permata Depok, Jabar, Jumat (1/9). Pada Hari Raya Kurban, kaum muslim menyembelih hewan kurban dan kemudian membagikan dagingnya kepada fakir miskin dan duafa.
Foto: ANTARA/Andika Wahyu
Warga menarik sapi kurban akan disembelih saat Hari Raya Iduladha 1438 H di Lapangan Pirus Permata Depok, Jabar, Jumat (1/9). Pada Hari Raya Kurban, kaum muslim menyembelih hewan kurban dan kemudian membagikan dagingnya kepada fakir miskin dan duafa.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Jabar Koesmayadie Tatang Padmadinata memprediksi, tahun ini ada peningkatan hewan kurban di Jabar. Berdasarkan data tahun lalu, terdapat 260 ribu hewan kurban yang ada di Jabar, baik itu sapi, kambing, domba dan kerbau.

"Kita prediksi di atas 250 ribu ekor, mungkin 275 ribu ekor hewan kurban," ujar Koesmayadie di acara Jabar Punya Informasi (Japri), Kamis (1/8).

Baca Juga

Koesmayadi mengatakan, ia optimistis tahun ini kurban di Jabar mengalami peningkatan karena melihat daya beli masyarakat yang juga meningkat serta pertumbuhan ekonomi di Jabar.

"Untuk memenuhi kebutuhan hewan kurban, pihaknya mendatangkan dari Jatim dan Jateng," katanya.

Koesmayadie mengatakan, ketersediaan hewan kurban di Jabar khususnya kerbau dan sapi tidak mencukupi untuk Idul Adha tahun ini. Oleh karena itu, untuk sapi Jabar sebagian besar mendatangkan dari luar. Yakni, persentasenya, kebutuhan hewan kurban 70 persen berasal dari luar dan 30 persen stok yang ada di Jabar.

"Ruminansia besar (sapi dan kerbau) kita kekurangan, kita masih 400 ribuan ekor sapi Jabar, kalau dikurbankan habis nanti. Jadi kita datangkan dari luar. Terutama Jatim dan Jateng, yang populasinya banyak," paparnya.

Di tempat yang sama, Ketua Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Jawa Barat, Pranyata Tangguh Waskita mengatakan akan menyebar 370 dokter hewan ke dinas peternakan di kabupaten kota se-Jabar. Sejumlah tenaga medis tersebut dikerahkan dalam pelaksanaan kurban Idul Fitri 2019.

Seluruh dokter hewan ini, kata dia, akan dilibatkan dalam pemeriksaan antemortem dan postmortem. Yaitu, menjelang dan setelah penyembelihan.

"Untuk antemortem memastikan tubuh hewan tersebut harus sehat dan memenuhi syarat. Dari mulai bulu, temperatur badan, kotoran dan performanya," katanya.

Menurutnya, pada hari H Idul Adha atau Ahad 11 Agustus 2019 ini, sejumlah dokter hewan tersebut bakal menitikberatkan pada pemeriksaan postmorten. Mereka akan memastikan dan memberikan pemahaman kepada panitia kurban mengenai daging yang layak disebarkan kepada penerima kurban.

"Kita lihat mana yang ada perubahan, kalau ada organ yang tidak layak dimakan disingkirkan," katanya.

Pranyata mengatakan, ada beberapa hal yang mesti diperhatikan ketika proses penyembelihan hewan kurban. Salah satunya mencegah hewan tersebut mengalami stres yang akan berpengaruh kepada kualitas daging.

"Jadi hewan tersebut tidak boleh melihat temannya  saat akan dipotong. Karena hewan ternak ini memiliki insting kesakitan," katanya.

Salah satu hal yang mesti dilakukan, kata dia, adalah menggunakan tirai untuk mencegah hewan lain melihat darah dari yang sedang disembelih. Bilamana hal tesebut tidak dilakukan, maka hewan kurban tersebut akan mengalami stres sehingga pengeluaran darah akan tertahan.

"Maka kualitas daging juga tidak akan baik, sehingga mempercepat pertumbuhan bakteri," katanya.

Menurut Tim PDHI, Arif Hidayat, mulai pekan ini, sudah ada pelepasan tim pemeriksaan tingkat Jabar. Yakni, berasal dari unit kesehatan hewan, lab keswan, dibantu anggota perhimpunan dokter hewan, dan lainnya. Jumlah petugas yang melakukan pemeriksaan sekitar 800 orang. Namun, kabupaten/kota juga menerjunkan petugasnya.

"Jumlah yang melaksanakan kurban, semakin hari semakin banyak. Kalau tak di kelola dengan baik akan masalah," katanya.

Pemeriksaan hewan, kata dia, harus dilakukan karena Jabar masih endemis antrax. Walaupun kasus antrax pada 2008 sudah tak ada lagi.  Tapi, kuman antrax 40 tahun bisa bertahan. Jadi, kewaspadaan harus terus menerus. .

"Kami mencetak kalung tanda hewan sehat capai 10 ribu. Kabupaten/kota juga membuat, jadi kalung yang dicetak 160 ribu tahun ini," katanya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement