Kamis 01 Aug 2019 18:45 WIB

Penyuluhan Bahaya Pornografi Perlu Semakin Masif Dilakukan

Modus 'memangsa' anak-anak inipun sudah semakin hari semakin bervariasi.

Azimah Subagijo, Ketua Perhimpunan Masyarakat Tolak Pornografi (MTP) pada kegiatan “Penyuluhan Bahaya Pornografi Sexting dan Literasi Media” di SMP Negeri 41 Jakarta, yang diselenggarakan oleh Pusat Penyuluhan Sosial Kementerian Sosial RI,  Rabu (31/7).
Foto: Foto: Istimewa
Azimah Subagijo, Ketua Perhimpunan Masyarakat Tolak Pornografi (MTP) pada kegiatan “Penyuluhan Bahaya Pornografi Sexting dan Literasi Media” di SMP Negeri 41 Jakarta, yang diselenggarakan oleh Pusat Penyuluhan Sosial Kementerian Sosial RI, Rabu (31/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat ini masih ada kecenderungan guru dan orangtua yang menganggap bahwa penyuluhan bahaya pornografi baru penting dilakukan setelah ada kejadian pelajar menjadi pelaku atau korban pornografi di sekolah. Padahal kegiatan penyuluhan bahaya pornografi kepada seluruh masyarakat apalagi warga sekolah sangat penting  terutama justru sebagai tindakan pencegahan. Demikian diungkapkan oleh Azimah Subagijo, Ketua Perhimpunan Masyarakat Tolak Pornografi (MTP) pada kegiatan “Penyuluhan Bahaya Pornografi Sexting dan Literasi Media” di SMP Negeri 41 Jakarta, yang diselenggarakan oleh Pusat Penyuluhan Sosial Kementerian Sosial RI,  Rabu (31/7).

Dalam keterangannya yang diterima Republika.co.id, Azimah menyampaikan, di bulan Juli 2019 ini saja, polisi telah menangkap beberapa pemangsa (predator) yang melakukan grooming pada anak-anak usia SD dan SMP dengan barang bukti ribuan video porno anak-anak. Modus memangsa anak-anak inipun sudah semakin hari semakin bervariasi. Ada yang melalui aplikasi game online kemudian meminta VCS (video call sex) pada anak-anak, ada juga yang menipu dengan meng-cloning akun guru dan mengancam anak tidak naik kelas bila tidak mengirimkan foto atau video pornonya.

photo
Banyak anak-anak yang memiliki akun medsos rentan terhadap predator anak. (Foto:Istimewa)

“Banyaknya anak-anak yang mempunyai akun media sosial saat ini sangat dimanfaatkan oleh para predator anak untuk semakin mudah menjangkau anak-anak sebagai korbannya. Untuk itu penting kita selalu waspada dengan siapa kita berinteraksi saat di dunia maya. Walaupun seseorang itu mengaku sebagai guru atau seseorang yang kita hormati, namun bila permintaannya tidak lazim apalagi negatif, maka kita harus menolaknya dan melaporkannya pada yang berwenang,” ujar Azimah.

Oleh karena itu, aktivis tolak pornografi ini mendorong agar semua pihak secara massif untuk terus melakukan penyuluhan pencegahan bahaya pornografi ke semua lini terutama sekolah-sekolah. Hal ini karena upaya pencegahan jauh lebih murah dan bisa dilakukan oleh banyak pihak serta bisa menjangkau banyak kalangan ketimbang upaya pemulihan yang memutuhkan upaya yang lebih besar, terbatas dan juga berdampak trauma menahun bagi korbannya.

Dalam kesempatan yang sama, Kanita, Kepala Bidang Pelaksanaan dan Kerjasama Penyuluhan Sosial yang juga PLH Kapuspensos Kemensos RI, menyampaikan hal senada bahwa pornografi perlu menjadi perhatian semua pihak. Hal ini karena dampaknya yang lebih bahaya daripada narkoba. “Para pelajar penting untuk menjauhi pornografi. Karena pornografi merusak dan menyebabkan kecanduan, bahkan lebih parah dari narkoba,” ujar Kanita saat memberi sambutan sekaligus membuka kegiatan penyuluhan di SMP 41 Jakarta ini.  

Kegiatan Penyuluhan Bahaya Pornografi Sexting dan Literasi Media untuk Siswa-Siswi SMP 41 Jakarta ini diikuti oleh perwakilan siswa dari kelas VII sampai kelas IX dan juga perwakilan dari pengurus OSIS. Ketua Panitia kegiatan, Siti Mutmainah yang juga merupakan Kepala Sub Bidang Pelaksanaan Penyuluhan Sosial, menyampaikan bahwa tujuan kegiatan ini agar ada lebih banyak pelajar yang mendapat pengetahuan dan pemahaman tentang dampak pornografi dan mau ikut melakukan pencegahan serta mengajak pelajar lainnya untuk menolak pornografi. Selain itu, kegiatan ini juga merupakan implementasi dari program penyuluhan sosial keliling yang target pesertanya bukan hanya pelajar, namun juga mahasiswa, dan komunitas-komunitas lain  di masyarakat. 

Kegiatan sosialisasi yang berlangsung satu hari ini ditutup dengan pembacaan Ikrar pelajar cerdas Anti Sexting & penandatanganan spanduk ikrar yang dipimpin oleh Adil Quarta Anggoro, Ketua Divisi Pelatihan dan Pengembangan Jaringan Perhimpunana MTP. Pembacaan Ikrar yang berisi janji para peserta untuk mengunakan media hanya untuk yang penting dan bermanfaat, dan tidak akan membuat, memperbanyak, dan menyebarluaskan materi pornografi, serta berjanji akan ikut memberi penyadaran tentang bahaya pornografi kepada semua teman-teman dan orang-orang di sekitar peserta. Setelah selesai menandatangani ikrar, para pelajar ini memperoleh buku saku “Don’t Do Sexting!” terbitan MTP yang berisi panduan praktis untuk remaja menyikapi dan mengantisipasi bahaya pornografi sexting. Buku saku ini merupakan hasil dari donasi alumni SMP 41 Jakarta angkatan tahun 1990 yang juga pedul terhadap pencegahan bahaya pornografi di SMP 41 Jakarta.

Atas terselenggaranya kegiatan ini, Kepala Sekolah SMP 41 Jakarta, Tri Januari Purwanto mengucapkan terimakasih dan penghargaan kepada Kementerian Sosial dan Perhimpunana MTP, terutama karena kini para pelajar semakin tahu bahaya pornografi dan adanya grooming dari predator anak di sekitar mereka. “Saat ini guru maupun orangtua tidak bisa mengawasi pelajar setiap saat atau 24 jam.  Untuk itu pemberian pemahaman kepada siswa tentang bahaya pornografi penting untuk terus dilakukan, agar para siswa dapat mengantisipasi bahaya pornografi terutama yang melalui dunia maya, “ ujar Tri.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement