REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta mengintensifkan tiga program strategis daerah pengolahan sampah untuk mengantisipasi penutupan Tempat Pengolahan Sampah (TPST) Bantargebang. Sebelumnya, TPST Bantargebang diprediksi akan mengalami overload pada 2021.
"Pada tahun 2021, TPST Bantargebang akan mencapai kapasitas maksimal kalau kita tidak melakukan apa-apa," kata Kepala Unit Pengelola Sampah Terpadu (TPST) Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Asep Kuswanto di Jakarta, Kamis (1/8).
Tiga program startegis yang tengah diintensifkan, yakni pengurangan sampah di sumber, optimalisasi TPST Bantargebang, dan pembangunan (ITF). Program pengurangan sampah di sumber dilakukan melalui optimalisasi 1.500 bank sampah, sosialisasi pemilahan sampah kepada warga, hingga pengelolaan sampah berbasis kawasan.
Pihaknya mencatat dari 1.500 bank sampah, sebanyak 60 persen masih berjalan optimal, sementara sisanya mati suri. "Kenapa bank sampah sampai mati suri? Karena sangat sedikit orang yang mau kelola bank sampah, padahal ada nilai jualnya," kata Asep.
Pihaknya telah membentuk lembaga pengelola sampah (LPS) yang beranggotakan pengurus RT/RW di Jakarta sebagai kepanjangan tangan Dinas LH dalam mengedukasi warga. Asep menyebutkan sebanyak 649 kawasan di Jakarta saat ini sudah melakukan swakelola sampah.
"Mereka berasal dari kawasan perumahan, kantor, mal, dan sebagainya. Namun, jika dibandingkan dengan kawasan di Jakarta, masih relatif sedikit," katanya.
Program optimalisasi TPST Bantargebang diterapkan melalui pembangunan sejumlah fasilitas pengolahan, seperti pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa), pengolahan sampah menjadi energi alternatif batu bara, dan komposting. Asep menambahkan bahwa pihaknya juga sedang membangun tiga ITF lagi yang berada di Cakung Cilincing, Cengkareng, dan Marunda.
“Ada tiga lagi ITF yang akan dibangun di Cakung Cilincing, Cengkareng dan Marunda. Lahanya baru saja dibeli,” katanya.
Asep mengatakan, bahwa pembangunan tiga ITF tersebut dapat mengatasi permasalahan sampah yang ada DKI Jakarta. Menurut dia, bila tiga program ini bergulir secara optimal, sebanyak 7.500 sampai 7.800 ton sampah yang dihasilkan oleh masyarakat Jakarta bisa dihilangkan langsung dari sumbernya.
"Kalau tiga-tiganya tidak digarap segara, yang terjadi adalah TPST akan overload dan akan bahaya. Kami dari Dinas LH terus berupaya beri kesadaran masyarakat kurangi sampah di sumber," katanya.