Jumat 02 Aug 2019 09:53 WIB

Umar bin Khattab, Khalifah yang Tegas namun Elegan

Ia mau mengakui kesalahannya dan meminta maaf.

Red: Irwan Kelana
Prof Dr KH Didin Hafidhuddin MS
Foto: Dok SBBI
Prof Dr KH Didin Hafidhuddin MS

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR – salahs atu keberhasilan dakwah Rasulullah SAW adalah membentuk karakter hebat para Sahabat. Salah satunya adalah karakter elegan (mau mengakui kesalahan, mau minta maaf).

Salah satu contoh yang paling menonjol adalah pribadi Khalifah Umar bin Khattab, yang merupakan khalifah kedua setelah wafatnya Rasulullah SAW. “Khalifah Umar dikenal berwatak keras dan tegas, namun dia sangat elegan,” kata Guru Besar IPB Bogor, Prof Dr KH Didin Hafidhuddin MS saat mengisi pengajian guru-guru Sekolah Bosowa Bina Insani  (SBBI) di Masjid Al Ikhlas Bosowa Bina Insani, Bogor, Jawa Barat, Jumat (2/8).

Kiai  Didin menyebutkan, suatu hari Khalifah Umar mengumpulkan para wanita di Madinah. Hal itu karena dia melihat fenomena banyak laki-laki Muslim yang saat itu belum menikah.  “Alasannya, mahar (mas kawin)-nya mahal,” ujar Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Ibnu Khaldun (UIKA) Bogor, seperti dikutip dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Jumat (2/8).

Umar berkata kepada para wanita tersebut, “Wahai kaum wanita, mengapa kalian meminta mahar yang sangat tinggi?”

Tiba-tiba salah seorang jamaah wanita tersebut berdiri, seraya mengutip sebuah ayat Alquran, yang artinya, “Bukanlah Allah telah memerintahkan kepada Muslim untuk memberikan harta yang banyak kepada istrinya atau calon istrinya?”

Mendengar perkataan wanita tersebut, Khalifah Umar tidak marah. Ia berkata, “Wanita itu benar, dan Umar salah.”

Contoh lain, pada suatu malam, Khalifah Umar bersama sejumlah sahabat mendatangi masjid. Lampu mati, masjid itu gelap gulita. Saat Umar melangkah ke dalam masjid, tanpa sengaja ia menginjak tubuh seorang jamaah yang tidur di masjid. Spontan, lelaki tersebut marah dan berseru, “Kamu buta ya?”

Mendengar pertanyaan tersebut, para sahabat yang mendampingi Umar marah dan hendak memukul orang tersebut. Namun Umar melarangnya. “Jangan marah. Memang saya yang salah. Dan dia hanya bertanya, ‘apakah kamu buta?’ Saya tidak buta. Dan saya minta maaf.  Sudah, masalah selesai,” ujar Umar.

Kedua kisah di atas,  kata Kiai Didin, menunjukkan bahwa Khalifah Umar merupakan pemimpin yang elegan. “Ia adalah pemimpin yang tegas, namun tidak anti kritik. Ia juga  tidak gengsi untuk minta maaf, kalau dia salah,” papar Kiai Didin Hafidhuddin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement