REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertemuan antara Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) diperlukan kedua belah pihak untuk melakukan komunikasi politik yang sehat dan memberikan gambaran elite politik yang damai kepada masyarakat. Keduanya memang direncanakan bertemu dalam waktu dekat.
"Jokowi dan SBY berkepentingan untuk memperlihatkan model komunikasi politik bahwa elite politik satu dengan yang lain bisa berkomunikasi, saling menyampaikan aspirasi politiknya," ungkap pakar komunikasi politik UI, Lely Arrianie, Jumat (2/8).
Pertemuan perlu dilakukan oleh kedua tokoh tersebut karena, menurut Lely, ada kecenderungan budaya Indonesia menganut patronase, yang membuat sikap elite politik menjadi contoh dan model yang ditiru. Sebelumnya, Wakil Ketua Umum Demokrat Syarief Hasan mengatakan SBY akan melakukan pertemuan dengan Jokowi pada Agustus 2019. Dia juga direncanakan bersilaturahim dengan para ketua umum partai politik.
Tetapi. detail waktu pertemuan tersebut sendiri masih belum dijadwalkan. "Belum (hari ini)," kata Syarief Hasan melalui pesan singkat di Jakarta, Jumat.
Lely melanjutkan, pertemuan tersebut penting untuk Jokowi dan SBY karena bagi calon presiden terpilih, pertemuan tersebut bisa diketahui program apa yang bisa ditawarkan oleh Partai Demokrat. "Selain itu untuk mempertunjukkan ke masyarakat sebagai politic modelling maka mereka harus bertemu untuk memberikan gambaran kalau tidak terjadi apa-apa, dan bisa saling support satu sama lain," ungkapnya.
Namun, Lely tidak menampik kemungkinan bahwa pertemuan itu bisa memiliki motif politik yang lebih besar. Seperti masalah jabatan menteri dan kemungkinan memberi panggung ke putra SBY, Agus Harimurti Yudhoyono, yang digadang akan menjadi penerusnya.
"Kepentingan lainnya boleh jadi nanti ada pembicaraan soal politik titip menitip, istilahnya, terutama buat Demokrat untuk panggung politik AHY. Karena dia tidak mencalonkan di DPR," ungkapnya.