REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nelayan di Kampung Marunda Kepu, Jakarta Utara mengeluhkan hasil tangkapan yang berkurang. Kurangnya tangkapan diduga akibat tumpahan minyak di anjungan lepas pantai YYA-1 Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) di Karawang, Jawa Barat.
"Jadi saya melaut, cari ikan, itu ikan sampai tidak ada, sampai tidak dapat saya. Sudah beberapa hari karena kena minyak itu," kata seorang nelayan, Banglah ditemui di Kampung Marunda Kepu di Jakarta Utara, Jumat (2/8).
Banglah merupakan nelayan yang biasanya melaut di perairan Muara Gembong hingga Kepulauan Seribu. Sebelumnya, per hari bapak delapan anak itu biasanya dapat menangkap ikan termasuk udang dan rajungan rata-rata 20 hingga 30 kilogram.
Saat ini, nelayan berusia 50 tahun itu hanya mampu menangkap ikan sekitar dua kilogram per hari. Ia memperkirakan berkurangnya tangkapan ikan itu karena lingkungan laut yang sudah berubah.
"Airnya berwarna hitam kayak comberan," katanya.
Tak hanya tumpahan minyak, ia juga kerap menghadapi limbah yang juga mengotori laut. Ia namun memutuskan tetap melaut karena untuk memenuhi kebutuhan hidup, dengan menghindari kawasan tersebut.
Ia juga tidak bisa melaut lebih ke tengah lagi karena perahunya tidak begitu besar.
Sebelumnya, kebocoran minyak dan gas terjadi di pesisir utara Jawa Barat, Jumat (12/7) di sekitar anjungan lepas pantai YYA-1 area Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ).
Bupati Kepulauan Seribu, Husein Murad sebelumnya mengonfirmasi beberapa pulau antara lain Pulau Rambut, Pulau Untung Jawa, dan Pulau Ayer terdampak penumpahan minyak mentah. Tumpahan minyak bentuknya berupa gumpalan kecil berwarna hitam seperti aspal padat.
PT Pertamina (Persero) menyebut volume tumpahan minyak di pesisir utara Kabupaten Karawang, Jawa Barat, saat ini tersisa 10 persen dari volume awal. Yakni 3.000 barel per hari (bph).