Sabtu 03 Aug 2019 07:31 WIB

Nelangsanya Hidup Petambak Garam dan Nelayan

Nelangsa Petambak Garam dan Nelayan

Red: Muhammad Subarkah
Pekerja Pertamina sedang membersihkan tumpahan minyak anjungan lepas pantai YY PHE ONWJ di wilayah Karawang, Jawa Barat.
Foto: Pertamina
Pekerja Pertamina sedang membersihkan tumpahan minyak anjungan lepas pantai YY PHE ONWJ di wilayah Karawang, Jawa Barat.

REPUBLIKA -- Belakangan, nasib kurang menguntungkan menerpa para petambak garam di Indonesia. Sejak beberapa bulan lalu, harga garam terjun bebas dari nilai biasanya.

Buat petambak garam di Kabupaten Karawang, kesusahan mereka bertambah sejak tumpahan minyak mengotori perairan Karawang pertengahan bulan lalu. Hitung punya hitung, kerugian yang menampar petani tambak garam di wilayah pesisir utara Kabupaten Karawang mencapai Rp 500 juta sampai Rp 700 juta akibat tumpahan minyak mentah di anjungan lepas pantai YYA-1 area Pertamina Hulu Energi Offshore Nort West Java (PHE ONWJ) itu.

"Kami tidak bisa produksi selama sekitar sepekan karena tambak garam tercemar minyak mentah," kata Ketua Koperasi Garam Segarajaya Karawang Aep Suhardi di Karawang, Jumat (2/8). Ia menyebut, produksi garam di wilayah Tempuran dan Cilamaya Kulon rata-rata mencapai satu ton per hari.

Di dua wilayah pesisir utara Karawang itu ada sekitar 100 hektare tambak garam. Aep memperkirakan, kerugian petani tambak garam selama sepekan tidak bisa produksi itu mencapai lebih dari Rp 500 juta. Ia mengatakan, dampak peristiwa tumpahan minyak mentah di perairan utara Karawang telah didata oleh pihak Pertamina.

Namun, belum dipastikan apakah dirinya akan mendapatkan ganti rugi atau tidak. "Sudah. Sudah dicek oleh orang Pertamina. Sampel air tambak garam juga beberapa waktu lalu sudah diambil untuk diuji lab," kata dia. Aep berharap pihak Pertamina memberikan ganti rugi atau kompensasi kepada para petani tambak garam karena kerugian akibat terhentinya produksi cukup besar.

Saat ini para petani tambak garam sudah kembali memproduksi garam setelah selama sepekan terhenti akibat air tambah mereka terkena tumpahan minyak mentah milik Pertamina.

"Sekarang sudah normal kembali, sudah produksi. Namun, harga garam sekarang turun, Rp 700 per kilogram. Biasanya mencapai Rp 2.000 sampai Rp 3.000 per kilogram," kata Aep.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement