REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Kongo terus mencari cara untuk mengatasi wabah ebola yang terus memakan korban jiwa. Pada Kamis (1/8) waktu setempat seorang penambang emas di kota Goma meninggal karena positif ebola dan diduga wabah ebola juga menyebar pada keluarganya.
Pejabat pemerintah yang menangani wabah ebola, Jean-Jacques Muyembe mengatakan, hampir sekitar setengah dari kasus ebola memang tidak teridentifikasi. Sejak setahun yang lalu, wabah ebola telah menewaskan sedikitnya 1.800 jiwa.
"Jika kita melanjutkan atas dasar itu, epidemi ini bisa berlangsung dua atau tiga tahun," kata Muyembe, dilansir Reuters, Jumat (3/8).
Pemerintah Kongo mengonfirmasi bahwa istri dari penambang itu juga telah dinyatakan positif mengidap ebola. Artinya, ini menjadi kasus keempat ebola di Goma, kota yang terletak lebih dari 350 kilometer dari asal mulai wabah ebola.
Keadaan itu juga memicu kekhawatiran adanya percepatan penyebaran wabah ke negara-negara perbatasan seperti Rwanda."Penambang emas itu akan mencemari beberapa orang. Tetapi untuk saat ini hanya istri dan satu dari sepuluh anaknya yang positif ebola," kata Muyembe.
Pria penambang emas itu sendiri telah meninggal karena virus ebola yang menjangkitinya pada awal pekan ini. Pria itu juga hanya mencari pengobatan lebih dari seminggu setelah mulai menunjukkan gejala.
“Individu yang bersangkutan menghabiskan banyak waktu dengan keluarganya. Jadi kami memang mengharapkan ada peninjauan lebih lanjut,” kata Margaret Harris, juru bicara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Sementara itu, secara teknologi saat ini petugas kesehatan Kongo mengklaim lebih siap melawan wabah ebola dari sebelumnya. Ebola sendiri memiliki gejala-gejala seperti muntah, diare dan pendarahan. Alat-alat baru termasuk vaksin percobaan, perawatan eksperimental dan unit perawatan berbentuk kubus futuristik telah dikerahkan untuk meminimalisir penyebaran virus.
Seorang juru bicara untuk tim respon ebola Kongo, Giscard Kusema, mengatakan di Goma ada lebih dari 300 kontak primer dan sekunder dari penambang yang diidentifikasi. Sebanyak 240 orang telah divaksinasi. Adapun dua dari pasien ebola yang dirawat lebih awal akan baik-baik saja.
"Jika dilakukan pengobatan dan pencegahan dini, peluang untuk bertahan hidup relatif baik," kata Muyembe.