Sabtu 03 Aug 2019 14:45 WIB

Candi Petirtaan Mantingan Runtuh karena Bencana Alam

Candi tersebut ditemukan dalam kondisi runtuh dengan sebagian batuan berserakan

Balai Pelestarian dan Cagar Budaya (BPCB)
Foto: Republika/Alkhaledi Kurnialam
Balai Pelestarian dan Cagar Budaya (BPCB)

REPUBLIKA.CO.ID, MAGELANG  -  Pengkaji Cagar Budaya, Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah Muhammad Junawan mengatakan Candi Petirtaan Mantingan di Desa Mantingan, Salam, Kabupaten Magelang runtuh karena bencana alam. Candi tersebut ditemukan dalam kondisi runtuh dengan sebagian batuan berserakan.

Junawan mengatakan Candi Petirtaan murni runtuh karena bencana alam, gempa kemudian disusul dengan limpasan lahar sehingga banyak batu-batu yang bergelimpangan dan terbalik.

"Memang karena limpasan lahar yang sangat besar sehingga kemungkinan struktur atau komponen-komponen batunya masih lengkap," katanya, Sabtu (3/8).

Ia menuturkan melihat kronologi peristiwa runtuhnya, tentunya hal ini belum ada intervensi dari manusia. Menurut dia temuan candi petirtaan yang berukuran 22,5 meter dan terbesar di Jawa Tengah ini masih bisa direkonstruksi ulang.

Ia mengatakan ekskavasi yang dilakukan pada 30 Juli-3 Agustus 2019 dijadikan dasar untuk memberikan rekomendasi guna tindak lanjut temuan. Nanti perlu pengupasan tanah untuk mencari batu-batu komponen yang sudah berserakan oleh bencana tersebut.

"Hasil ekskavasi ini nanti kita kaji kemudian merekomendasi untuk langkah-langkah pelestarian selanjutnya," katanya.

Ia menuturkan candi petirtaan ini digunakan untuk fungsi ziarah, penyucian diri sebelum memasuki ke suatu bangunan suci. Sampai saat ini, katanya, hanya bisa menghubungkan situs-situs yang ada di Bukit Singobarong sekitar 50 meter sebelah barat candi petirtaan, di situ ditemukan tatanan batu-batu dan arca nandi.

"Untuk sementara ini kita hubungkan dengan itu, kemungkinn juga ada bangunan lain yang belum kita ketemukan, tetapi bukti fisik yang ada antara keterkaitan situs candi petirtaan dengan situs Singobarong secara areal itu masih terhubung," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement