REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Amerika Serikat (AS) sedang mengembangkan rudal balistik jenis baru yang dilarang di bawah Intermediate-range Nuclear Forces (INF). Washington diketahui telah resmi hengkang dari perjanjian tersebut.
“Sekarang setelah kami mundur, Departemen Pertahanan akan sepenuhnya mengejar pengembangan rudal konvensional yang diluncurkan di darat ini sebagai respons yang bijaksana terhadap tindakan Rusia dan sebagai bagian dari portofolio opsi serangan konvensional yang lebih luas dari Pasukan Gabungan,” kata Menteri Pertahanan AS Mark Esper pada Jumat (2/8).
Dia pun menilai bahwa keputusan AS mundur dari INF tepat. Sebab Washington tidak akan tetap menjadi pihak dalam perjanjian itu, sementara Rusia melakukan pelanggaran yang disengaja. “Departemen Pertahanan akan bekerja sama dengan sekutu kita saat kita bergerak maju dalam mengimplementasikan Strategi Pertahanan Nasional, melindungi pertahanan nasional kita, dan membangun kapasitas mitra,” ujar Esper.
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo telah mengumumkan penarikan negaranya dari INF. Dia mengatakan runtuhnya perjanjian tersebut adalah tanggung jawab penuh Rusia.
Pompeo mengatakan Rusia mengembangkan sistem rudal yang dilarang di bawah INF. Rudal tersebut pun merupakan ancaman langsung terhadap AS dan sekutunya. Menurutnya, Moskow memiliki waktu enam bulan untuk memperbaiki ketidakpatuhannya. Namun AS mengklaim, Rusia tak melakukan hal tersebut.
Rusia sendiri membantah bahwa pihaknya melanggar INF. Oleh sebab itu, ia menilai mundurnya AS dari perjanjian tersebut adalah sebuah kesalahan serius.
INF ditandatangani AS dan Uni Soviet pada 1987. Perjanjian tersebut melarang kedua belah pihak memproduksi atau memiliki rudal nuklir dengan daya jangkau 500-5.500 kilometer. Keputusan AS dan Rusia menangguhkan keterikatannya dalam INF telah memicu kekhawatiran dari negara-negara Eropa. Sebab selama ini, INF telah dianggap sebagai fondasi keamanan di kawasan tersebut.