REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyesalkan perjanjian Intermediate Range Nuclear Forces (INF) yang dijalin Rusia dan Amerika Serikat (AS) bubar. Dia menilai, perjanjian semacam itu masih dibutuhkan dunia saat ini.
Guterres mengatakan dia telah secara konsisten meminta AS dan Rusia menyelesaikan perselisihan mereka terkait INF melalui mekanisme konsultasi. Dia kecewa kedua negara tak dapat melakukan hal tersebut.
“Dalam lingkungan keamanan internasional yang memburuk saat ini, perjanjian persenjataan dan persetujuan perlucutan senjata semakin lama semakin terancam,” kata Guterres, dikutip laman UN News, Jumat (2/8).
Dia menekankan agar AS-Rusia menghindari perkembangan yang tak stabil. Dia pun meminta kedua negara segara mencari kesepakatan baru untuk kontrol senjata internasional.
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo telah mengumumkan penarikan negaranya dari INF. Dia mengatakan runtuhnya perjanjian tersebut adalah tanggung jawab penuh Rusia.
Pompeo mengatakan Rusia mengembangkan sistem rudal yang dilarang di bawah INF. Rudal tersebut pun merupakan ancaman langsung terhadap AS dan sekutunya. Menurutnya, Moskow memiliki waktu enam bulan untuk memperbaiki ketidakpatuhannya. Namun, AS mengklaim, Rusia tak melakukan hal tersebut.
Rusia sendiri membantah melanggar INF. Oleh sebab itu, ia menilai mundurnya AS dari perjanjian tersebut adalah sebuah kesalahan serius.
INF ditandatangani AS dan Uni Soviet pada 1987. Perjanjian tersebut melarang kedua belah pihak memproduksi atau memiliki rudal nuklir dengan daya jangkau 500-5.500 kilometer. Keputusan AS dan Rusia menangguhkan keterikatannya dalam INF telah memicu kekhawatiran dari negara-negara Eropa. Sebab selama ini, INF telah dianggap sebagai fondasi keamanan di kawasan tersebut.