Sabtu 03 Aug 2019 20:51 WIB

BMKG: Belum Ada Teknologi Prediksi Kapan Megathrust Terjadi

BMKG menyebut gempa Sunda megathrust adalah ancaman yang riil

Rep: Dian Erika Nugraheny/ Red: Karta Raharja Ucu
Ilustrasi Gempa
Foto: Pixabay
Ilustrasi Gempa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Rahmat Triyono, mengimbau masyarakat yang berada di jalur lempeng tektonik untuk berhati-hati terhadap potensi gempa Sunda megathrust. Pasalnya, hingga kini belum ada teknologi apa pun yang mampu memprediksi kapan gempa akan terjadi.

Dalam konferensi pers di Kantor BMKG, Sabtu (3/8), Rahmat mengungkapkan  ancaman Sunda megathrust adalah ancaman yang riil. Adapun daerah yang diperkirakan terpapar ancaman ini yakni sepanjang pantai barat Sumatra yang berjarak 200-250 kilometer di laut lepas.

Baca Juga

"Di Laut Jawa jaraknya juga sama. Ini terus sampai ke Bali kemudian ke arah timur. Lalu, di sisi utara Papua ada juga (potensi) dari tumbukan (lempeng) Pasifik," jelas Rahmat.

Jika kekuatannya besar dan sumber gempa berada di titik yang dangkal, lanjut dia, sangat berpotensi menyebabkan tsunami. "Karenanya, masyarakat di sepanjang jalur pertemuan lempeng tektonik harus selalu siaga karena memang sebuah ancaman yang nyata. Sampai hari ini belum ada teknologi apa pun yang mampu prediksi gempa terjadi. Sehingga mohon kebijaksanaan masyarakat memahami bencana di daerah masing-masing. Kemudian memahami jalur evakuasi, tahu apa-apa yang harus dilakukan saat bencana datang," tegasnya.

Jika ada peringatan tanda bahaya, tutur Rahmat, masyarakat sudah tahu jalur mana yang bisa dilalui. "Termasuk salah satunya lokasi evakuasi warga," tambah Rahmat.

Sebelumnya, Rahmat mengatakan gempa di Banten dengan magnitudo 6,9 pada Jumat (2/8) berpotensi memicu gempa megathrust. Megathrust merupakan gempa bumi dahsyat yang terjadi akibat tumbukan lempeng Indo Australia dan lempeng Eurasia.

"Ancaman (megathrust) riil, nyata di sepanjang pantai barat Sumatera. Mungkin jaraknya sekitar 200-250 kilometer di laut lepas," jelas Rahmat dalam konferensi pers di Kantor BMKG, Jakarta Pusat, Sabtu.

Dia pun mengimbau masyarakat untuk mewaspadai megathrust sebagai ancaman yang nyata. Sebab, gempa bumi yang melanda Banten pada Jumat (2/8) malam, kata Rahmat, berkaitan dengan ancaman megathrust ini.

Pasalnya, gempa bumi di Banten juga terasa hingga Jakarta dan Lampung. Untuk diketahui, gempa bumi megathrust adalah peristiwa yang terjadi akibat tumbukan antara dua lempeng bumi, yakni Indo-Australia dan Eurasia. Pertemuan dua lempeng seperti ini berpotensi terjadi dari Sumatera hingga Papua. Sehingga, ancaman megathrust ini sebenarnya bisa dirasakan hingga Jawa, Bali, dan utara Papua. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement