REPUBLIKA.CO.ID,WASHINGTON -- Kepolisian Texas menyelidiki penembakan massal yang terjadi di swalayan dengan 20 korban meninggal. Penembakan tersebut diindikasikan merupakan kejahatan rasial.
Pihak kepolisian El Paso mengatakan, pihaknya tengah menyelidiki indikasi kejahatan rasial. Kepala Polisi El Paso Greg Allen mengatakan pada konferensi pers yang sama bahwa sebuah manifesto yang mungkin berasal dari tersangka mengindikasikan bahwa pelaku memiliki hubungan dengan kejahatan rasial. "Saat ini kami harus memvalidasi untuk kepastian bahwa ini adalah manifesto dari individu ini," katanya.
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyebut penembakan yang terjadi di El Paso Texas sebagai kejadian mengerikan. Ia kemudian menjanjikan dukungan total pemerintahan atas penyelidikan penembakan massal di El Paso Walmart, Sabtu (3/8) waktu setempat.
Trump mencicit simpatinya yang menjadi salah satu di antara banyak ungkapan belasungkawa yang dibagikan pejabat pemerintahan AS pada hari setelah pembantaian itu. "Penembakan mengerikan di ElPaso, Texas. Laporannya sangat buruk, banyak yang terbunuh," tulis Trump di akun resmi Twitternya seperti dilansir USA Today, Ahad (4/8).
Trump mengatakan, ia telah berbicara dengan Gubernur Texas Greg Abbott. Namun Trump tak meminta klarifikasi kepada Abbott mengenai laporannya di Twitter terhadap korban tewas berasal dari media atau dari laporan dengan para pejabat di bawahnya.
"Bekerja dengan otoritas Negara dan Lokal, dan Penegakan Hukum. (Saya) Berbicara kepada Gubernur untuk menjanjikan dukungan total dari Pemerintah Federal. Tuhan menyertai kalian semua!"," ujar Trump.
Hingga kini, jumlah korban jiwa penembakan massal di swalayan mencapai 20 orang sementara 26 orang terluka, seperti diberitakan Time. Seorang lelaki berusia 21 tahun diketahui ditahan.