Senin 05 Aug 2019 12:41 WIB

Pertumbuhan Ekonomi RI Masih Andalkan Konsumsi Rumah Tangga

Penjualan eceran yang tumbuh menguat turut mendorong pertumbuhan konsumsi rumah tangg

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Nidia Zuraya
Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi
Foto: pixabay
Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, struktur Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal pertama tidak mengalami perubahan dibanding dengan periode sebelumnya. Kontribusi terbesar adalah konsumsi rumah tangga.

Konsumsi rumah tangga memberikan sumbangan sebesar 55,79 persen. Angka tersebut meningkat dibanding dengan periode yang sama pada tahun lalu, 55,23 persen.

Baca Juga

Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan, konsumsi rumah tangga pada kuartal kedua mengalami pertumbuhan 5,17 persen secara year on year. Penyebabnya, ada momentum bulan Ramadhan, libur Lebaran hingga pencairan gaji dan tunjangan Pegawai Negeri Sipil.

"Dibarengi dengan inflasi terjaga, konsumsi rumah tangga masih positif," tuturnya dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Senin (5/8).

Suhariyanto menjelaskan, faktor penjualan eceran yang tumbuh menguat turut mendorong pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Penguatan antara lain terjadi pada penjualan sandang, perlengkapan rumah tangga serta barang lainnya.

Dari berbagai komponen, hanya transportasi dan komunikasi yang mengalami perlambatan, yakni dari 5,37 persen pada kuartal kedua 2018 menjadi 4,67 persen pada kuartal kedua ini.

Suhariyanto mengatakan, hal tersebut terlihat dari dua indikator utama. Yaitu penjualan wholesale mobil penumpang yang mengalami kontraksi sebesar 12,86 persen dibanding dengan periode yang sama pada tahun lalu.

Kemudian, Suhariyanto menambahkan, jumlah penumpang angkutan udara mengalami kontraksi 20,17 persen. "Meskipun jumlah penumpang angkutan laut dan kereta api tumbuh dibandingkan tahun lalu," tuturnya.

Setelah itu, yang mendominasi adalah Penanaman Modal Tetap Bruto (PMTB) dengan kontribusi 31,25 persen terhadap PDB Indonesia. Secara year on year, PMTB tumbuh 5,01 persen, melambat dibanding dengan periode yang sama pada tahun lalu.

Suhariyanto menjelaskan, kinerja investasi melambat karena empat dari enam komponen mengalami kontraksi. Yakni, kendaraan, peralatan lainnya, CBR dan produk kekayaan intelektual yang masih-masing kontraksi 0,04; 0,65; 0,14 dan 0,20 persen. "Ini yang menyebabkan investasi kita berjalan agak melambat," ujarnya.

Suhariyanto mengatakan, perlambatan tersebut tak pelak disebabkan situasi politik kuartal kedua yang kurang mendukung iklim investasi. Ke depan, ia berharap pemerintah melakukan banyak perbaikan dengan menjaga stabiltias politik, kepastian hukum dan memangkas berbagai regulasi yang kurang mendukung pertumbuhan investasi.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement