REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump pada Senin (5/8) meminta anggota parlemen untuk mengeluarkan undang-undang yang mengatur pemeriksaan latar belakang ketat pembelian senjata api. Perintah dikeluarkan setelah dua penembakan massal di Texas dan Ohio selama akhir pekan menewaskan 29 orang.
Trump mengatakan, kematian para korban tidak boleh sia-sia, dan meminta kedua partai politik untuk mengambil langkah-langkah terkait pemeriksaan lebih lanjut dalam pembeli senjata.
"Kita tidak bisa membiarkan mereka yang terbunuh di El Paso, Texas, dan Dayton, Ohio, mati sia-sia. Demikian juga bagi mereka yang terluka parah. Kami tidak pernah bisa melupakan mereka...," cicit Trump di Twitter sebelum pidatonya, yang dijadwalkan pada pukul 10.00 pagi.
"Partai Republik dan Demokrat harus bersatu dan mendapatkan pemeriksaan latar belakang yang kuat, mungkin menyatukan legislasi ini dengan reformasi imigrasi yang sangat dibutuhkan. Kita harus memiliki sesuatu yang baik, keluar dari dua peristiwa tragis ini!," katanya.
Pada Sabtu, seorang pria bersenjata membunuh 20 orang di sebuah toko Walmart di El Paso, Texas, yang pihak berwenang sebut sebagai kejahatan yang bermotif rasial. Lalu 13 jam berselang, pria bersenjata lain di pusat kota Dayton, Ohio, membunuh sembilan orang. Puluhan orang juga terluka dalam kedua serangan itu.