REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Sejarawan Universitas Wisconsin-Milwaukee Abbas Hamdani menyebut, 1492 merupakan tahun yang sangat krusial dalam sejarah Eropa, Muslim, dan Amerika. Pada 2 Januari, Granada jatuh mengakhiri kekuasaan Muslim di Spanyol selama-lamanya. Lalu, pada 12 Oktober, Columbus “menemukan” Amerika. Columbus telah membuka jalan bagi era penjelajahan, ekspansi, dan kolonisasi oleh bangsa Eropa yang menjadi pengantar munculnya era Renaisans.
Namun, motif utama penjelajahan dalam suasana abad pertengahan itu sering diabaikan, yaitu keinginan Columbus melancarkan kembali Perang Salib baru untuk merebut Tanah Suci Yerusalem dari tangan kaum Muslim. Keinginan itu tak hanya sebatas menguasai kembali tanah tempat Yesus lahir dan mendakwahkan ajarannya, tapi demi memenuhi sebuah nubuat yang sangat diimani oleh Columbus.
Ramalan itu disebutkan dalam Injil Kitab Wahyu yang menyebutkan bahwa dipeluknya ajaran Kristen oleh seluruh penduduk Bumi serta penaklukan kembali Yerusalem merupakan prasyarat untuk kembalinya Yesus Kristus ke dunia sebelum akhir zaman. Dan, Columbus merasa dirinya bakal punya peranan penting dalam peristiwa itu.
Religiusitas Columbus memang tak pernah tampak dalam publikasi sejarah populer. Padahal, bukti-bukti tertulis dari Diario dan kesaksian anggota keluarga dan koleganya memberi bukti tak terbantahkan. Diario menceritakan bahwa sepanjang pelayaran pertama menuju Dunia Baru itu Columbus kerap sekali melantunkan doa dan menjaga jam-jam sembahyang (jam kanonikal) di kapal, terutama waktu doa Prime, Terce, Vesper, dan Compline. “Saat waktu Vesper, semua awak kapal dikumpulkan. Doa singkat dibacakan. Salve Regina dinyanyikan.”
Setiap menjelang misa Ahad, Columbus selalu mempersiapkannya dengan sangat detail dan sungguh-sungguh. Columbus pun sangat meyakini berkat dari perjalanan ziarah ke tempat suci, terutama Yerusalem. Dalam beberapa catatan Diario, Columbus dan para awak kapalnya sering kali mengucapkan janji bahwa mereka akan melakukan ziarah ke tempat-tempat suci jika selamat mengarungi lautan ganas dan badai.
Apresiasi keagamaannya juga tampak pada cara Columbus menamai pulau dan tempat yang mereka temui, seperti Pulau Adam, San Salvador (penebusan), Trinidad (trinitas), Santa Maria (Perawan Maria), serta Isla de la Ascuncion merujuk pada hari ketika Tuhan memasukkan (assumption) Perawan Maria ke surga.
Pendeta Andres Bernaldez menceritakan bahwa saat kepulangan dari pelayaran kedua ke Dunia baru, setibanya di Castile, Juni 1496, dia melihat sahabatnya Columbus berpakaian seperti biarawan Ordo St Francis. Beberapa sejarawan meyakini, Columbus memang mengikuti ajaran Fransiscan dan dikubur dalam jubah ordo itu.
Bukti lain adalah simbol yang dipakai Columbus untuk menutup surat laporan dalam pelayaran pertama dengan “Xpo-ferens” atau “Pembawa Kristus”. Artinya, Columbus meyakini bahwa dirinya membawa misi kekristenan sepanjang pelayaran, senada dengan namanya St Cristopher. Membawa Kristus mengarungi air.