REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Taliban mengatakan akan memboikot penyelenggaraan pemilu presiden Afghanistan pada September mendatang. Mereka menanggap pemilu itu hanya tipuan belaka.
“Proses pemilu ini tidak lebih dari sebuah tipuan untuk menipu rakyat jelata, untuk memuaskan ego sejumlah politikus palsu,” kata Taliban dalam sebuah pernyataan, Selasa (6/8).
Taliban menyatakan akan melakukan segala upaya untuk memboikot pemilu tersebut. Mereka pun memperingatkan masyarakat agar menghindari kerumunan karena berpotensi menjadi sasaran serangannya.
“Untuk mencegah kerugian yang ditimbulkan oleh sesama rekan kami, mereka harus menjauh dari pertemuan dan rapat umum yang bisa menjadi sasaran potensial,” kata Taliban.
Akhir pekan lalu, Taliban telah melanjutkan pembicaraan perdamaian putaran kedelapan dengan Amerika Serikat di Doha, Qatar. Utusan Khusus AS untuk Rekonsiliasi Afghanistan Zalmay Khalilzad mengatakan pembicaraan tersebut mengalami kemajuan signifikan.
“Membangun kemajuan luar biasa di Kabul pekan lalu, saya telah menghabiskan beberapa hari terakhir di Doha, fokus pada masalah yang tersisa dalam menyelesaikan kesepakatan potensial dengan Taliban,” kata Khalilzad melalui Twitter pribadinya.
Juru bicara kantor politik Taliban di Qatar Suhai Shaheen pun mengonfirmasi keterangan Khalilzad. “Kemajuan luar biasa telah dibuat,” ujarnya.
Taliban diketahui telah lama menolak melakukan pembicaraan dengan Pemerintah Afghanistan. Mereka menyatakan pembicaraan intra-Afghanistan hanya akan berlangsung setelah pasukan asing ditarik keluar dari negara tersebut.