REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peristiwa pemadaman listrik total atau black out di Jakarta, Banten, dan Jawa Barat, pada Ahad (4/8) hingga Senin (5/8), membuat kaget sejumlah pihak. Presiden Joko Widodo (Jokowi), dari raut wajahnya, tak mampu menyembunyikan rasa kecewa saat mendatangi Kantor Pusat PT PLN (Persero) di Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan, pada Senin (5/8).
Sehari berselang atau pada Selasa (6/8), giliran Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia (RI) memanggil direksi PLN. Kondisi black out memang sempat membuat aktivitas perekonomian di Jakarta lumpuh. Ketiadaan aliran listrik membuat jaringan telekomunikasi hingga transportasi massal di ibu kota terhenti.
Selasa (6/8) ini, kondisi listrik sudah kembali normal. PLN menyampaikan, kembali pulihnya listrik sejatinya sudah mulai terjadi pada Senin (5/8) sore hingga malam. Transmisi Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) 500 kV Ungaran dan Pemalang, penyebab awal black out, yang terganggu juga sudah normal beroperasi.
Kini, PLN memiliki tanggung jawab besar dalam mengungkap penyebab pastinya gangguan sistem kelistrikan yang membuat masyarakat Jakarta, Banten, dan Jawa Barat, kalang kabut. Pelaksana tugas (plt) Direktur Utama (Dirut) PLN Sripeni Inten Cahyani meminta masyarakat bersabar dan memberikan waktu kepada PLN untuk melakukan investigasi.
"Kami saat ini sedang berupaya investigasi dan penyebabnya tidak tunggal. Saya mohon maaf belum bisa sampaikan karena ini kompleks," ujar Inten usai bertemu Komisi VII DPR di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (6/8).
Kata kompleks, kata Inten, merujuk pada sistem kelistrikan Jawa-Bali yang memiliki 250 pembangkit, 500 gardu induk, 5.000 kilometer (km) sirkuit transisi 500 kV, dan 7.000 km transmisi 150 kV. "Jadi, kalau pemadaman di tiga provinsi (Jakarta, Banten, Jabar), penyebabnya bukan tunggal, izinkan beri kami waktu untuk investigasi dengan menyeluruh," ucap Inten.
Pernyataan ini, Inten sampaikan saat ditanya mengenai dugaan adanya pohon tumbang di jalur transmisi Ungaran-Pemalang yang mengakibatkan terganggunya sistem kelistrikan. Inten belum dapat memastikan kapan hasil proses investigasi dapat diketahui publik.
Menurut Inten, PLN tidak ingin investigasi dilakukan asal cepat namun hasilnya tidak komprehensif. PLN ingin hasil investigasi bersifat komprehensif lantaran tidak sekadar mengungkap fakta penyebab terjadinya black out yang kemarin terjadi, melainkan juga sebagai dasar bagi PLN melakukan perbaikan ke depan.
"(Hasil investigasi) tidak bisa berhenti pada penyebab kejadian kemarin saja, tapi bagaimana ke depan sistem Jawa-Bali bisa lebih baik lagi," kata Inten.
Demi mendapatkan hasil investigasi yang konprehensif, PLN akan melibatkan sejumlah pihak, termasuk ahli kelistrikan dari berbagai universitas di Indonesia. Sebagai langkah antisipasi, kata Inten, PLN juga sudah menyusun program-program mengenai keandalan jaringan sistem Jawa-Bali, baik pembangkit, transmisi, gardu induk, dan jaringan yang sampai pada pelanggan.
Inten, sekali lagi, menegaskan, PLN akan berusaha maksimal dalam penyediaan pasokan listrik yang lebih terjaga. Inten tidak berani memberikan jaminan bahwa pemadaman tidak akan terjadi lagi.
"Kemarin bagian dari musibah dan presiden telah berikan perhatian khusus sampai datang (ke Kantor PLN). Kami berikan prioritas yang sungguh-sungguh dalam menjaga (sistem kelistrikan). Kalau menjamin, mohon maaf kalimat menjamin bukan pada kami. Kami akan berusaha semaksimal mungkin menjaga kejadian kemarin tidak akan terulang lagi," ungkap Inten.