REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Jusuf Kalla menyesalkan peristiwa pemadaman listrik atau blackout karena gangguan transmisi di Ungaran-Pemalang pada Ahad (6/8). JK pun bercerita berdampak luasnya pemadaman listrik di wilayah DKI Jakarta dan Jawa Barat, termasuk terganggunya akses komunikasi.
Bahkan, ia mengaku kesulitan berkomunikasi dengan jajaran menteri kabinet kerja untuk mengetahui perihal gangguan listrik yang terjadi saat itu. "Tidak bisa menghubungi siapa, cari tau ada apa nggak bisa, mau cari menterinya nggak bisa. Ya, Anda juga pasti mencari informasi enggak bisa," ujar JK kepada wartawan di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Selasa (6/8).
JK menuturkan, ia sedang berada di kediaman pribadinya di daerah Jalan Brawijaya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, saat listrik padam. Saat itu, ia pun mengaku kesulitan untuk mencari tahu penyebab gangguan listrik tersebut.
"Kita mau cari tahu bagaimana, mau nonton televisi enggak ada, mau nelepon siapa nggak bisa, betul-betul merasa menjadi tiba-tiba sepi, sendiri, tapi untungnya waktu itu saya di (rumah) Kebayoran," ujar JK.
JK juga sempat kesulitan karena tidak ada mesin genset listrik di kediaman pribadinya, sebelum akhirnya dibantu pihak PLN. Karena itu, kejadian blackout beberapa hari lalu menjadi pelajaran begitu pentingnya listrik bagi kehidupan.
Untuk itu, ia berharap PLN bisa segera menuntaskan dan mencegah peristiwa tersebut berulang. "Pertama tentu menyelesaikan secara cepat, mencari sebabnya, menyelesaikan penyebabnya, dan mengecek apa yang salah sebenarnya," kata JK.
JK juga menilai, perlunya cadangan pasokan listrik yang lebih tinggi ke DKI Jakarta, dan Jawa Barat. "Jawa barat termasuk DKI harus sistem energinya harus bertingkat, harus punya pengamannnya harus lebih tinggi cadangannya," ujar JK di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Selasa (6/8).
Sebab, blackout yang terjadi sekitar 8-18 jam tersebut terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara pembangkit listrik wilayah timur dan barat Pulau Jawa ketika ada gangguan di SUTET Ungaran-Pemalang. Gangguan itu mengakibatkan transmisi lainya bermasalah sehingga terpisah sistem listrik antara Barat dan Timur dan menyebabkan listrik di bagian barat Pulau Jawa padam.
Untuk itu, JK mengusulkan cadangan suplai listrik tak hanya dari Pulau Jawa, tetapi dari Pulau Sumatra ke DKI Jakarta dan Jawa Barat sekitarnya melalui jaringan kabel bawah laut. Dengan demikian, ada cadangan dari Pulau Sumatra jika sistem tranmisi Pulau Jawa bermasalah.
Hal ini, kata JK, juga sebelumnya pernah diusulkan sebelumnya. "Tapi, oleh PLN dibatalin, (jadi) itu bagaimana ada Sumatra Jawa jadi tersambung itu kabel bawah laut. Sehingga, kalau ada masalah di Jawa Barat terputus dengan Jawa Timur, ada dari Sumatra," kata JK.