REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Almarhum KH Maimoen Zubair atau Mbah Moen akan dimakamkan di Pemakaman Ma'la, Makkah, Arab Saudi. Ma'la sendiri merupakan satu dari dua tempat pemakaman bersejarah bagi umat Islam selain Al Baqi di Madinah. Salah satunya karena Istri Nabi Muhammad SAW, Siti Khodijah, dimakamkan di sana.
Ma'la terbentang di dataran tinggi bukit Jabal As-Sayyidah, perkampungan Al-Hujun yang letaknya hanya berjarak sekitar 1,1 kilometer dari Masjidil Haram. Tepatnya, di kawasan Dahlatul Jin tak jauh dari Masjid Jin.
Kompleks pemakaman Ma'la ukurannya tak sebesar Al Baqi di Madinah. Area pemakaman itu dibatasi oleh dinding batu putih yang mengelilinginya. Dulunya, kata Howard Kramer dalam Jannatul Mualla Cemetry, Ma'la dipenuhi dengan marmer yang indah dan batu-batu putih.
Keberadaan Jannatul Ma'la atau pemakaman Ma'la sebenarnya sudah eksis jauh sebelum peradaban Islam dimulai di Makkah. Bahkan, ujar Kramer, pemakaman itu sempat dijadikan area kuburan pribadi anggota keluarga Bani Hasyim hingga masa kelahiran Nabi Muhammad SAW.
"Beberapa di antaranya yang dimakamkan di Ma'la adalah Kakek Nabi Muhammad, Abdul Muttalib dan Ibunda Nabi, Aminah," tutur Kramer.
Sedangkan pada masa peradaban awal Islam atau sebelulm Nabi hijrah ke Madinah sejumlah tokoh Islam juga dimakamkan di sana seperti, paman Nabi, Abu Thalib dan putra Nabi, Qasim yang meninggal saat masih anak-anak.
"Yang terpenting dari semua itu adalah istri pertama Nabi, Siti Khodijah, juga dimakamkan di Ma'la," ungkap Kramer seperti dikutip dari thecompletepilgrim.com, Selasa (4/8).
Direktur Islam Nusantara Center (INC), A Ginanjar Sya’ban, mengatakan, Jannatul Ma'la merupakan tempat pemakaman bersejarah karena telah menjadi lokasi pemakaman umat muslim sejak masa kenabian. Selain istri Nabi, kata Ginanjar, sejumlah sahabat Nabi juga dimakamkan di sana.
Ginanjar menambahkan, komplek pemakaman Ma'la juga menjadi tempat peristirahatan terakhir sejumlah ulama dari Nusantara. Para ulama Nusantara, sambung Ginanjar, banyak dimakamkan di Ma'la pada abad Ke-19 Masehi. Kebanyakan dari mereka adalah para ulama yang menjadi guru besar di Makkah pada masa itu.
"Sejak pra-kemerdekaan Indonesia, sejumlah ulama besar Nusantara banyak dimakamkan di sana," ujar Ginajar kepada Republika.co.id, Selasa (4/8).
Adapun ulama nusantara yang dimakamkan di Ma'la, kata Ginanjar, diataranya, Syaikh Ahmad Khatib Sambas (wafat tahun 1875), Syaikh Nawawi Banten (1897), Syaikh Junaid Betawi (akhir abad 19 M), dan Syaikh Abdul Haq Banten (1903).
Selanjutnya, Syaikh Ahmad Khatib Minangkabau (1916), Syaikh Abdul Hamid Kudus (1916), Syaikh Mahfuzh Tremas (1920), Syaikh Mukhtar Bogor (1930), Syaikh Umar Sumbawa (1930-an), dan Syaikh Abdul Qadir Mandailing (1956).
"Hingga generasi ulama besar asal Nusantara yang menjadi guru besar di Makkah yakni Syaikh Yasin Padang (wafat tahun 1990) yang merupakan guru dari KH Maimoen Zubair," ungkap Dosen Filologi dari Universitas Padjajaran itu.
Mbah Moen menghembuskan nafas terakhirnya ketika sedang menjalankan ibadah haji di Makkah, Arab Saudi, pada Selasa (6/8) pukul 04.17 waktu setempat. Kiai kharismatik tersebut wafat di usia 90 tahun.
Mbah Moen merupakan pengasuh Pondok Pesantren Al Anwar di Sarang, Rembang, Jawa Tengah. Ia juga merupakan tokoh kenamaan Nahdlatul Ulama.
Selain itu, Mbah Moen juga dikenal sebagai salah satu sesepuh di Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Ketika kontestasi Pilres 2019 lalu, kiai kharismatik itu sempat dikunjungi kedua calon presiden, yakni Joko Widodo dan Prabowo Subianto.