REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG - - Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka Kementerian Perindustrian Gati Wibawaningsih, terus berupaya membantu Industri Kecil Menengah (IKM) agar bisnisnya terus berkembang. Namun, Gati menilai, santripreneur paling efektif mencetak wirausaha baru.
"Ini karena, santri terbiasa disiplin dan mengikuti apa yang diajarkan oleh kiainya," ujar Gati kepada wartawan di acara Rakor IKM di Kota Bandung, Selasa (6/8).
Gati menjelaskan, santripreneur banyak yang berhasil karena untuk menjadi wirausaha baru yang penting itu mental. Dengan pembentukan disiplin mental itu, maka akan membentuk wirausaha menjadi lebih kuat.
"Makanya kalau mau wirausaha baru lewat santripreneur ternyata lebih efektif," ujar dia.
Oleh karena itu, kata dia, dari tahun ke tahun jumlah santripreneur terus naik. Pihaknya pun, akan membantu memberikan bantuan mesin peralatan Roti di Tarogong Garut.
Selain itu, program pengembangan santripreneur akan disinergikan dengan program Pemprov Jabar. Karena, ternyata anggaran dari provinsi untuk pemberdayaan Santripreneur ini cukup besar mencapai Rp 100 miliar.
"Kami akan koordinasi supaya enggak over lap sama teman-teman provinsi. Kan kalau kami fokusnya ke Pontren yang sudah punya unit produksi," katanya.
Oleh karena itu, pihaknya menggelar pertemuan dengan kepala dinas perdagangan di semua kabupaten/kota se Jabar untuk menyinergikan antara program pusat dan daerah. Karena, selama ini pusat hanya hubungan dengan provinsi sendiri saja.
"Kemudian kami punya hubungan dengan direktorat jenderal industri dan menengah sama DAK sendiri. Nah sekarang saya kumpulin semuanya supaya apa yang dilakukan untuk provinisi diketahui oleh kabupaten kota atau sebaliknya," paparnya.
Peserta rapat koordinasi (Rakor) ini, kata dia, adalah kepala dinas se Jabar. Jadi, nanti akan dibuat program seperti Santripreneur ini di semua provinsi.
"Tapi kan waktunya nggak akan bisa semua provinsi langsung jadi fokus dulu ke Jabar," katanya.
Provinsi Jabar, kata dia, dipilih oleh pusat untuk pengembangan Santripreneur ini karena memang industri banyak di Jabar. Alasan kedua, dari kinerja dinas provinsi Jabar dan kepala dinas kota/kabupaten kinerjanya bagus.
"Jadi kami menyusun programnya dari bawah. Karena yang tahu yang dibutuhkan oleh teman-teman industri kecil dan menengah ini adalah teman teman kepala dinas kabupaten dan kota . Jadi kita bikin program ga ngrang ngarang," katanya.
Sementara menurut Asda Provinsi Jabar Bidang Perekonomian, Edi Nasution, pusat menilai program one pesantren one produk (OPOP) sangat sesuai dengan pusat. Karena, program ini bisa memberdayakan masyarakat yang berada di desa.
"Ya kita harus punya OPOP. Kita tinggal menyinergikan saja dengan pusat. Sekarang dalam rangka koordinasikan program one pasantren one produk kan," katanya.