REPUBLIKA.CO.ID, CISARUA -- Salah seorang pemain Persib Bandung, Gian Zola Nasrulloh Nugraha, yang berhasil lolos seleksi masuk kepolisian mengikuti pendidikan bintara di Sekolah Pendidikan Polisi Negara (SPN) di Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Selasa (6/8). Selain itu, Billy Keraf, mantan pemain Persib, turut menempuh pendidikan tersebut.
Pembukaan pendidikan bintara yang digelar di SPN, Cisarua, Kabupaten Bandung, ini dibuka oleh Wakapolda Jabar, Brigjen Pol, Akhamd Wiyagus. Sebanyak 750 orang yang lulus seleksi tes bintara beberapa waktu lalu kini akan menempuh pendidikan selama tujuh bulan. Dua di antaranya, Zola dan Keraf yang merupakan pemain tim nasional.
Kabid Humas Polda Jawa Barat, Kombes Pol Trunoyudo Wisnu Andiko mengatakan, terdapat dua orang peserta tes kepolisian yang lolos dan merupakan pemain sepak bola. Yakni Gian Zola pemain Persib Bandung dan Billy Keraf mantan pemain Persib Bandung.
"(Mereka ikut) program BETAH, bersih transparan, akuntabel, dan humanis. Tidak ada perlakukan khusus untuk rekrutmen termasuk pendidikan. Semua punya peluang dan kesempatan yang sama di kepolisian," ujar Trunoyudo di SPN Cisarua, Selasa (6/8).
Trunoyudo mengatakan, semua orang setara dan mempunyai peluang serta kesempatan yang sama dalam seleksi masuk kepolisian. Selama para calon anggota ini memiliki kompetensi yang sesuai, lanjut dia, maka akan diterima.
Menurut Trunoyudo, kedua orang tersebut mengikuti seleksi masuk kepolisian melalui jalur prestasi. Meski lewat jalur tersebut, dirinya menegaskan jika keduanya tetap mengikuti tes seleksi sama dengan lainnya yang berasal dari jalur yang umum.
Trunoyudo menambahkan, salah seorang lainnya yang masuk melalui jalur prestasi yaitu Ferdi Nur Fajar dari Polres Cimahi. Ferdi juara tiga pada Pekan Olahraga Nasional (PON) cabang olahraga berkuda.
Selain itu, Trunoyudo mengatakan, beberapa peserta yang lolos seleksi dan akan menempuh pendidikan merupakan orang-orang yang berasal dari kalangan yang dianggap tidak akan bisa masuk kepolisian. "Ada beberapa nama secara strata sosial orang menganggapnya tidak bisa masuk ternyata kompetensinya masuk," katanya.
Beberapa di antaranya, kata Trunoyydo, adalah anak dari seorang buruh cuci mobil, anak dari seorang tukang tambal ban, dan pedagang kaki lima. Katanya, saat rekrutmen para calon itu memiliki kompetensi yang cukup sehingga akhirnya bisa lolos seleksi.