Rabu 07 Aug 2019 07:45 WIB

Teladan Mbah Moen

Presiden Joko Widodo nilai umat Islam kehilangan ulama rujukan yang cintai Indonesia.

Cover Koran Republika dengan gambar Mbah Moen.
Foto: Republika
Cover Koran Republika dengan gambar Mbah Moen.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ulama karismatik KH Maimoen Zubair berpulang ke rahmatullah di Makkah pada Selasa (6/8) dinihari waktu setempat. Berbagai pihak meng imbau agar perjuangan beliau dilanjutkan dan kehidupannya diteladani.

Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir berharap generasi politik kaum muda meneruskan jejak perjuangan politik mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) sekaligus ketua Majelis Syariah Partai Persatuan Pembangunan (PPP) tersebut. "Innalillahi wainna ilaihi rajiun. Kita doakan beliau husnul khatimah," kata Haedar ketika dihubungi Republika, Selasa (6/8).

Menurut Haedar, KH Maimoen Zubair adalah seorang tokoh Islam yang sederhana. Kiai yang akrab disapa Mbah Moen itu, kata Haedar, juga seorang tokoh yang telah berkiprah panjang dalam perjuangan politik keumatan untuk kebangsaan Indonesia. "Semoga generasi politik kaum muda dapat meneruskan jejak perjuangan politik nasional yang mengedepankan etika dan ukhuwah," ujar Haedar.

Sementara, Sekretaris Jenderal PBNU Hel my Faishal Zaini meminta umat Islam berdoa agar Mbah Moen ditempatkan di tem pat yang paling mulia di sisi Allah SWT. Menurut dia, KH Maimoen Zubair me rupakan sosok yang gigih memperjuang kan nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan.

Salah satu upaya penting yang dilakukan oleh Mbah Moen adalah menegaskan bahwa kemerdeka an bangsa Indonesia merupakan sebuah anugerah yang diberikan oleh Allah SWT atas perjuangan yang penuh dengan kesungguhan dan menhapuskan penjajahan. "Semoga jejak keteladanan yang diwariskan oleh KH Maimoen Zubair bisa kita serap sebagai pelajaran untuk menghadapi tantangan zaman pada masa yang akan datang," ujar dia.

KH Maimoen Zubair mengembuskan napas terakhirnya pukul 04.17 waktu setempat di kota suci Makkah al-Mukarramah, Arab Saudi. Ia meninggalkan seorang istri dan 10 orang anak.

Ulama kelahiran 28 Oktober 1928 ini adalah pimpinan Pondok Pesantren al-Anwar Sarang, Rembang. Pada masa kecil dan remaja, putra Kiai Zubair Dahlan itu mengaji di Pesantren Lirboyo, Kediri, di bawah bimbingan KH Abdul Karim.

Selama di Lirboyo, ia juga mengaji kepada KH Mahrus Ali. Pada umur 21 tahun, Mbah Moen melanjutkan studi ke Makkah.

Mbah Moen juga meluangkan waktunya untuk mengaji ke beberapa ulama di Jawa. Di antaranya Kiai Baidhowi, KH Ma'shum Lasem, KH Wahab Chasbullah, KH Muslih Mranggen, dan beberapa kiai lain.

Mbah Moen juga merupakan seorang alim, fakih, sekaligus muharrik (penggerak) yang menjadi rujukan dalam bidang fikih. Mbah Moen juga menulis kitab-kitab yang menjadi rujukan santri, di antaranya kitab berjudul al-Ulama al-Mujaddidun.

Kiprah politik Mbah Moen dimulai saat ia ikut mendirikan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) pada awal 1970-an. Langkah politiknya diwarnai upayanya mendialogkan Islam dan kebangsaan. Ia sempat menjadi anggota DPRD Kabupaten Rembang selama tujuh tahun. Ia juga pernah menjadi anggota MPR RI utusan Jawa Tengah selama tiga periode.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) turut merasa kehilangan atas wafatnya Mbah Moen. Bagi dirinya, Mbah Moen merupakan sosok yang selalu menjadi rujukan bagi umat Islam, khususnya mengenai fikih dan keutuhan NKRI.

"Kiai yang selalu menjadi rujukan-rujukan bagi umat Islam terutama dalam hal fikih dan beliau juga sangat gigih dalam menyam paikan masalah NKRI harga mati," ujar Jokowi di Istana Negara, Jakarta, Selasa (6/8).

Jokowi menceritakan, ia pernah berkunjung ke kediaman Mbah Moen di Pondok Pesantren al-Anwar Sarang, Rembang, hingga dua kali. Setiap kali berkunjung, kenang Jokowi, ia selalu di ajak masuk ke kamar Mbah Moen untuk kemudian melaksanakan shalat berjamaah.

"Atas nama pemerintah dan seluruh rakyat Indonesia, kita semua ikut berbelasungkawa atas wafatnya beliau. Beliau juga sangat gigih dalam menyampaikan masalah NKRI harga mati. Oleh sebab itu, kita sangat kehilangan," kata Jokowi.

photo
Habib Rizieq Shihab datang dan berdoa di pemakaman KH Maimun Zubair (Mbah Moen) di permakaman Ma'la di Kawasan Dahlatul Jin, Makkah, usai Shalat Zhuhur, Selasa (6/8).

Menteri Agama (Menag) sekaligus Amirul Haj Indonesia Lukman Hakim Saifuddin sempat melayat Rumah Sakit Al Noor, Makkah, lokasi Mbah Moen dirujuk. "Kita amat berduka, amat sedih kehilangan almarhum, orang tua kita, guru kita, almukarram Bapak KH Maimoen Zubair pada subuh tadi," kata Lukman saat ditemui di RS Al Noor.

Pada kesempatan itu, Lukman mengajak umat Islam di Indonesia, terutama murid-murid dan keluarganya, untuk mengikhlaskan kepergian Mbah Moen. "Saya ingin mengajak umat Islam di Indonesia, terutama murid-muridnya, anak- anaknya, untuk mengikhlaskan per juangan beliau. Kita boleh bersedih hati, tapi kita mohon diikhlaskan," kata Lukman. (wahyu suryana/rizkyan adiyudha/dessy suciati saputri /muhammad hafil ed:fitriyan zamzami)

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement