REPUBLIKA.CO.ID, KASHMIR -- Umat Hindu India menyambut gembira pencabutan status istimewa Jammu dan Kashmir. Mereka mempertimbangkan untuk pulang dan menetap kembali di daerah itu jika kondisinya aman.
“Ini adalah langkah pertama yang disambut baik,” kata koordinator internasional The Global Kashmiri Pandit Diaspora, Surinder Koul, Selasa (6/8).
Menurutnya, pencabutan status istimewa Jammu dan Kashmir merupakan realisasi dari aspirasi mereka. Oleh sebab itu, The Global Kashmiri Pandit Diaspora mengapresiasi keputusan Perdana Menteri India Narendra Modi.
The Indo-American Kashmir Forum juga menyambut keputusan Modi. “Akhirnya minoritas Kashmir, khususnya Pandit Kashmir, akan menerima keadilan,” kata perwakilan The Indo-American Kashmir Forum Vijay J. Sazawal.
Pencabutan status istimewa Kashmir bertujuan menyatukan daerah itu sepenuhnya dengan India. Modi dan partainya yang berhaluan Hindu nasional, Bharatiya Janata Party (BJP), menilai status tersebut menghalangi integrasi Kashmir dengan seluruh wilayah India. Kashmir merupakan satu-satunya wilayah di negara itu yang mayoritas masyarakatnya adalah Muslim.
Pada 1989, terjadi pemberontakan terhadap Pemerintah India di Kashmir. Ratusan ribu orang terpaksa kabur dari daerah tersebut. Kebanyakan dari mereka adalah minoritas Hindu yang dikenal sebagai Pandit Kashmir. Mereka kemudian tinggal di kamp-kamp di seluruh India.
Komunitas Pandit mengatakan hampir 400 ribu orang dari mereka harus melarikan diri dari Kashmir. Mereka menginginkan pertanggungjawaban atas kekerasan yang terjadi saat itu. Sekarang mereka mendorong pemerintah mengusulkan rencana konkret untuk memukimkan kembali mereka di sana.