REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Sebanyak tiga surat “sakti” diterbitkan oleh Pemerintah Indonesia sebagai lobi diplomatik sehingga pada akhirnya memungkinkan KH Maimoen Zubair dapat dimakamkan di Kompleks Pemakaman Ma’la di Makkah.
Amirul Hajj yang juga Menteri Agama Republik Indonesia Lukman Hakim Saifuddin, di Kota Mekkah, Rabu (7/8), mengatakan pemakaman Ma’la sejatinya bukan diperuntukkan untuk jamaah haji Indonesia yang meninggal di Makkah saat menunaikan ibadah haji.
“Ma’la adalah pemakaman yang dikhususkan bagi warga Makkah. Ada pemakaman tersendiri bagi jamaah haji Indonesia yang meninggal dunia di Makkah,” kata Lukman.
Kompleks pemakaman Ma'la selama ini dikenal sebagai makam yang mulia dan hanya diperuntukkan untuk mengebumikan tokoh-tokoh tertentu.
Namun, Menag Lukman mengatakan, KH Maimun Zubair yang akrab dipanggil Mbah Moen itu merupakan ulama besar yang sangat pantas untuk dimakamkan di pemakaman yang terhormat dan semulia Ma’la.
Oleh karena itu kemudian Kedutaan Besar RI untuk Arab Saudi menerbitkan tiga surat sakti sebagai lobi diplomatik agar Mbah Moen bisa dimakamkan di Ma’la.
Duta Besar RI untuk Arab Saudi Agus Maftuh Abegebreil menjelaskan tentang proses pengurusan jenazah Mbah Moen hingga akhirnya bisa dimakamkan di Ma’la. “Kami menulis tiga surat diplomatik," kata Agus Maftuh saat menghadiri pemakaman Mbah Moen di Ma’la.
Surat pertama ditujukan kepada Raja Arab Saudi yang memberitahukan kepada Raja Salman bahwa ada seorang ulama besar Indonesia wafat di Makkah dan pemerintah RI meminta untuk dimakamkan di Ma’la. Sura kedua surat ditujukan kepada Gubernur Makkah. Ketiga surat diberikan kepada Amir Al Muqoddasah.
Maftuh menjelaskan proses lobi diplomatik itu juga banyak dibantu oleh warga Indonesia yang tinggal di Makkah.
“Banyak pihak membantu dan warga kita di sini juga sangat membantu semua proses dan alhamdulillah saya sangat bahagia melihat Mbah Moen dimakamkan di Ma’la, sebuah tempat jannatul Ma’la,” ujar Maftuh.
Ma’la merupakan sebuah perkampungan di Makkah dan pada zamannya, Rosul juga merupakan warga Kampung Ma’la sebelum berhijrah ke Madinah. Di Ma’la itu pula sang istri, Siti Khodijah juga dimakamkan.
Sejumlah tokoh besar lain juga dimakamkan di Ma’la, di antaranya Syaikh Nawawi al-Bantani (kakek buyut Kiai Ma’ruf Amin), Syaikh Amin Al Quthbi al-Lomboky, Syaikh Khotib Minangkabau, Sayyid Ibrohim, Sayyid Qosim, Abuya Sayyid Muhammad bin Alwi Al Maliki.
Kompleks pemakaman Ma’la jaraknya tak begitu jauh dari Masjidil Haram atau sekitar kurang lebih 500 meter.