Kamis 08 Aug 2019 04:04 WIB

Ummu Hakim Binti Al-Harits, Keteguhan Iman Seorang Muslimah

Ummu Hakim tercatat sebagai Muslimah yang taat dan cinta Islam.

Rep: Dialog Jumat Republika/ Red: Agung Sasongko
Oase (ilustrasi)
Foto: Wordpress.com
Oase (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Wawasannya begitu luas dan pemikirannya sungguh tajam. Begitulah sejarah peradaban Islam melukiskan Muslimah sahabat Nabi SAW, Ummu Hakim binti al-Harits bin Hisyam bin Mughirah al-Makhzumiyah. Setelah memeluk Islam, ia berupaya sekuat tenaga untuk menyadarkan suaminya dari kubangan kekufuran.

Ayahnya bernama al-Harits, saudara kandung Abu Jahal Amru bin Hisyam. Sedangkan ibunya bernama Fathimah binti al-Walid. Ummu Hakim dinikahkan ayahnya dengan putra Abu Jahal, Ikrimah bin Abu Jahal.  Baik Ikrimah maupun Abu Jahal, keduanya adalah kafir Quraisy yang sangat memusuhi dan memerangi Islam.

Rasulullah SAW pun telah menetapkan Ikrimah, sebagai salah satu kafir Quraisy yang dihalalkan darahnya. Ketika kaum Muslimin berhasil menguasai Makkah dalam peristiwa yang dicatat dalam Alquran sebagai //Fathu Makkah,// berbondong-bondong kaum kafir Quraisy menyatakan diri masuk dan memeluk Islam.

‘’Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. Dan engkau melihat manusia berbondong-bondong masuk agama Allah. Maka bertasbilah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sungguh, Dia Maha Penerima Tobat.’’ (QS. An-Nasr:1-3).

Al-Harits, ayah Ummu Hakim, beserta keluarganya masuk Islam. Begitu pula Ummu Hakim. Ia termasuk salah seorang wanita yang berbai’at kepada Rasulullah SAW. Sayangnya, suami Ummu Hakim --  Ikrimah – malah kabur dan melarikan diri dari kota Makkah. Ia merasa takut, begitu Islam menguasai Makkah.

Setelah memeluk Islam, Ummu Hakim tercatat sebagai Muslimah yang taat dan cinta Islam. Keimanannya begitu kuat dan kokoh. Lalu timbul dalam dirinya keinginan untuk mengislamkan suami yang melarikan diri dari kota Makkah. Niat nya yang mulia itu disampaikannya kepada Rasulullah SAW.

Ummu Hakim menghadap Rasulullah SAW. Ia meminta agar Rasulullah SAW mengampuni kesalahan suaminya, jika masuk Islam. Rasulullah SAW pun menerima permintaan sang Muslimah itu. Betapa bahagianya Ummu Hakim mendengar jawaban dari Nabi SAW itu.

Ia pun segera bergegas melacak jejak suaminya yang telah melarikan diri. Ummu Hakim berharap bisa menjumpai suaminya, sebelum kapal berlayar. Dengan sarana transportasi terbatas saat itu serta perbekalan seadanya, ia tetap bertekad untuk menjumpai Ikrimah dan mengislamkannya.

Perjalanan jauh dan berliku tak membuatnya berputus asa. Ia merasa yakin tujuannya untuk menjumpai dan mengislamkan suaminya adalah tugas yang mulia. Allah SWT mengabulkan doa dan perjuangannya. Ia  akhirnya dapat menjumpai suaminya di sebuah pantai, beberapa saat sebelum kapal  yang akan membawanya hendak menarik jangkar.

Dengan wajah penuh kegembiraan Ummu Hakim pun berteriak memanggil suaminya. ‘’Wahai putra pamanku Aku datang kepada kamu, sebagai utusan dari orang yang paling suka menyambung silaturahim, paling suka berbuat kebaikan, dan sebaik-baiknya manusia. Maka janganlah engkau membinasakan dirimu. Aku telah meminta jaminan keamanan bagimu, dan beliau telah mengabulkannya! 

Ikrimah lalu berkata, ‘’Apakah engkau benar-benar telah melakukannya? ‘’Ya,’’ jawab Ummu Hakim.  Ia lalu menceritakan kenikmatan dan ketenangan hidup setelah masuk Islam kepada suaminya. Kepada Ikrimah, Ummu Hakim menjelaskan bahwa  Islam adalah agama yang sempurna.

Ummu Hakim pun menceritakan kemuliaan akhlak Rasulullah SAW. Nabi Muhammad SAW, kata dia, adalah manusia  pemberian maaf. Nabi SAW merupakan manusia berjiwa besar dan sangat pemaaf. Perjuangan Ummu Hakim untuk meluluhkan hati suaminya ternyata benar-benar berhasil.

Benih-benih keimanan yang ditaburkannya bersemi di hati Ikrimah. Pria yang memusihi dan memerangi Islam itu pun kembalu bersama istrinya ke Makkah. Keduanya lalu menghadap Rasulullah SAW. Ikrimah pun mengumumkan keislamannya di hadapan umat Islam dan Nabi SAW.

Di bawah bimbingan Rasulullah SAW, Ikrimah tumbuh menjadi Muslim yang taat dan beriman. Dadi kalbunya  memancar keimanan yang tulus dan kecintaan yang murni. Ia berani memangkat senjata untuk bertempur di medan perang demi membela agama Allah SWT. 

Obsesinya hanya satu. Syahid di jalan Allah.  Dengan mencari ridha Allah SWT, Ikrimah gugur sebagai syahid di medan perang Yarmuk. Mendengar suaminya wafat,  Ummu Hakim sedikit pun tidak bersedih hati. Ia senantiasa bersabar meskipun saudara, ayah, dan bahkan suaminya telah syahid di medan perang. Bahkan, Ummu Hakim pun sempat mengangkat senjata untuk melawan musuh-musuh Allah SWT. Semoga Allah menganugerahi putri-putri kita semangat keimanan seperti Ummu Hakim. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement