REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil didampingi Bupati Karawang Cellica Nurachadiana meninjau lokasi terdampak tumpahan minyak (oil spill) Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) di Desa Cemarajaya, Kecamatan Cibuaya, Kabupaten Karawang, Rabu (7/8). Pada kesempatan ini, Ridwan Kamil berdialog bersama puluhan warga desa terdampak, khususnya para nelayan dan penambak ikan.
Warga mengeluhkan, selama insiden tumpahan minyak terjadi, mereka tidak bisa melaut meskipun Pertamina mempekerjakan mereka dalam upaya pembersihan minyak dengan upah sekira Rp 100 ribu per hari. Menindaklanjuti keluhan tersebut, Ridwan Kamil meminta Pemerintah Daerah (Pemda) yang warganya terdampak oil spill terutama Pemkab Karawang, untuk segera menghitung kerugian.
Dalam jangka waktu 10 sampai 14 hari, kerugian akan diberikan langsung kepada warga. "Saya minta (Pemda) bentuk tim untuk mencatat ganti rugi, harus se-objektif mungkin. Dan masyarakat (terdampak) saya minta informasinya juga tidak dilebihkan dan tidak dikurang-kurangkan," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil di hadapan warga.
Menurut Emil, ia sudah perintahkan Bupati Karawang juga Bekasi untuk berkomunikasi intens diwakili kepala desanya untuk mencatat dan meneliti kerugian-kerugiannya. Selain itu, ia juga meminta komitmen kepada pihak Pertamina untuk menyelesaikan masalah ini hingga tuntas.
"Dan harus diapresiasi juga Pertamina setiap hari hadir untuk tanya jawab terhadap siapapun yang membutuhkan," katanya. Emil mengatakan, salah satu yang ia apresiasi adalah semua warga yang terdampak dipekerjakan, tidak ada yang menganggur karena dilibatkan dalam proses rescue ini.
Sementara itu, dibantu masyarakat, personel TNI dan Polri, serta Pertamina terus berupaya membersihkan tumpahan minyak yang masih ada. Kemudian, untuk menangani bocor pada sumur yang mengakibatkan oil spill tersebut, pihak Pertamina tengah berupaya menyumbat bagian bocornya dengan melibatkan ahli.
"Sekarang ini sedang ada pengeboran rescue, progress-nya mencapai 30 persen. Dalam waktu 10 sampai 14 hari bisa selesai. Jadi, warga tidak perlu khawatir, Pertamina sudah mengontrak konsultan penanggulangan bencana perminyakan yang sudah berpengalaman dari Amerika Serikat," papar Emil.
Selain itu, kata dia, Pertamina juga telah menempatkan petugas kesehatan, yang tediri dari satu orang dokter dan empat perawat di setiap desa terdampak sebagai upaya mitigasi kesehatan warga akibat insiden tersebut. Di tempat yang sama, Bupati Karawang Cellica Nurachadiana meminta masyarakat agar tetap tenang dan menghargai berbagai upaya yang tengah dilakukan, baik oleh Pertamina maupun pemerintah.
"Seluruh mitigasi dan pencegahan telah dilakukan dengan baik oleh Pertamina dan Pemerintah Kabupaten Karawang. Jadi, saya ingin kita tetap tenang dan bisa menghargai proses recovery ini," paparnya.
Sedangkan, pihak Pertamina yang diwakili Nanang Abdul Manap menuturkan, sejak 14 Juli 2019 lalu pihak Pertamina telah menetapkan kejadian oil spill Karawang sebagai situasi emergency. "Kami sangat prihatin, kami sangat komitmen dan bertanggung jawab dengan kejadian ini," kata Nanang.
Meski begitu, kata Nanang, Pertamina akan tetap meneruskan rencana produksi minyak dan gas, khususnya untuk suplai ke Jawa Barat. Karena kebutuhan minyak dan gas untuk Jawa Barat masih defisit.
"Karena memang rencananya kami ini ingin menambah produksi, meningkatkan produksi minyak 3.000 barel per hari ditambah dengan gas 25 juta kaki kubik," katanya. Jawa Barat, kata dia, sangat membutuhkan gas karena industrinya sangat maju, sehingga setiap harinya kita ini sangat kekurangan 70 juta kaki kubik.
"Dengan menambah 25 juta kaki kubik kita akan mengurangi gap kebutuhan (gas) masyarakat Jawa Barat," katanya.