Kamis 08 Aug 2019 10:24 WIB

Industri Pariwisata Kashmir Mulai Turun

Modi memberi turis waktu 24 jam untuk meninggalkan Kashmir.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Ani Nursalikah
Tentara Pasukan Keamanan Perbatasan menjaga pos penjagaan sementara saat jam malam di Srinagar, Kashmir yang dikuasai India, Rabu (7/8).
Foto: AP Photo/Dar Yasin
Tentara Pasukan Keamanan Perbatasan menjaga pos penjagaan sementara saat jam malam di Srinagar, Kashmir yang dikuasai India, Rabu (7/8).

REPUBLIKA.CO.ID, SRINAGAR -- Selama tiga hari berturut-turut wilayah Kashmir yang dikelola oleh India berada dalam pengamanan yang sangat ketat. Pasukan keamanan India dikerahkan ke wilayah tersebut setelah Perdana Menteri Narendra Modi mencabut status istimewa Kashmir.

Pemerintah India telah memutus jaringan telekomunikasi, televisi, dan internet di Kashmir untuk sementara. Tak hanya itu, turis-turis yang ada di wilayah Kashmir mulai diminta meninggalkan wilayah tersebut. Situasi yang semakin mencekam ini membuat industri pariwisata yang berkembang pesat di kawasan Himalaya mulai menurun dan para pemilik bisnis menghadapi kerugian cukup besar. 

Baca Juga

"Dia (Perdana Menteri India Narendra Modi) memberi mereka (turis) waktu 24 jam untuk meninggalkan lembah Kashmir. Dia melakukannya pada saat musim turis berada pada puncaknya. Kami mengalami kerugian yang tak terbayangkan setelah para wisatawan pergi," ujar Abdul Gaffar, seorang pemilik rumah perahu di Srinagar, dilansir Aljazirah, Kamis (8/8).

Gaffar mengatakan, prioritas Modi hanya memikirkan umat Hindu. Modi tidak pernah memprioritaskan umat Muslim yang mencari nafkah di lembah Kashmir melalui sektor pariwisata.

"Jika dia (Modi) memikirkan kmia, dia tidak akan pernah memerintahkan para turis pergi dari lembah Kashmir," kata Gaffar.

Sementara itu, Kamran, pemilik restoran Winterfell di daerah Boulevard Srinagar mengatakan, bisnisnya mulai terpukul setelah para turis diminta meninggalkan wilayah Kashmir secara mendadak. Kamran mengatakan, untuk pertama kalinya dalam tiga tahun terakhir, Kashmir banyak kedatangan turis asing. Hal ini menunjukkan industri pariwisata di lembah Kashmir mulai berkembang.

"Untuk pertama kalinya dalam tiga tahun terakhir, kami memiliki banyak turis asing. Kami telah memiliki turis dari hampir setiap bagian dunia. Sekarang semuanya kosong. Saya mengalami kerugian lebih dari 3.000 dolar AS per hari," ujar Kamran.

photo
Pekerja migran India menunggu bus di Srinagar untuk keluar dari Kashmir, Selasa (6/8). Karena Kashmir diisolasi, ratusan pekerja ini kembali ke desanya di utara dan timur India.

Selain turis, para pekerja dari luar Kashmir juga mulai mencari cara meninggalkan wilayah tersebut. Beberapa dari mereka berkumpul di Tourist Reception Center (TRC) di Srinagar untuk mencari kendaraan yang akan membawa mereka keluar dari lembah Kashmir. Salah satu pekerja non-lokal yang berasal dari Bihar mengatakan, pihak berwenang belum memberi tiket kepada mereka untuk meninggalkan Kashmir. Para pekerja non-lokal telah berkumpul di TRC pada 5 Agustus 2019.

"Kami menghadapi banyak (tantangan). Kami tidak memiliki makanan dan sanitasi yang layak. Mereka (penyedia tiket) terkadang juga memukuli kami jika kami mencoba berdebat dengan mereka," ujar pekerja non-lokal tersebut yang enggan disebutkan namanya.

Stasiun pengisian bahan bakar dan anjungan tunai mandiri (ATM) mulai kosong. Seorang mahasiswa pascasarjana, Tahir mengaku telah menempuh perjalanan dari daerah Baghat hingga Dalgate tetapi tidak menemukan satu pun ATM yang beroperasi.

"Saya butuh uang untuk membeli obat bagi orang tua saya," kata Tahir.

Modi mencabut status istimewa negara bagian Jammu dan Kashmir pada Senin (5/8). Pencabutan tersebut membatalkan Pasal 370 Konstitusi India. Modi mengatakan, pencabutan status istimewa Kashmir bertujuan menyatukan daerah itu sepenuhnya dengan India.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement