REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Pengacara Hong Kong ikut turun ke jalan sebagai bentuk dukungan bagi pengunjuk rasa antipemerintah, Rabu (7/8). Mereka menyerukan pemerintah menjaga independensi departemen kehakiman kota.
Ratusan pengacara berpakaian hitam berjalan dalam diam di bawah terik matahari dari pengadilan tinggi kota ke kantor departemen kehakiman. Mereka mendukung tuntutan gerakan protes untuk penyelidikan independen terhadap penegakan hukum.
Namun, mereka juga menentang penuntutan bermotivasi politik dari Departemen Kehakiman kota (DoJ). "Saya benar-benar tidak suka bagaimana pemerintah ini menggunakan taktik menakuti dan memecah belah. Mereka melakukan penuntutan secara selektif. Bagaimana orang masih bisa percaya pada pemerintah?," kata penasihat senior Anita Yip, dilansir di Channel News Asia, Kamis (8/8).
Dia merujuk pada perlakuan berbeda yang diberikan oleh polisi kepada pengunjuk rasa dan lawan-lawan mereka, yaitu preman-preman pemerintah yang diduga terkait triad. Hong Kong telah menghadapi protes berbulan-bulan, dimulai dengan menentang RUU ekstradisi yang sekarang ditangguhkan. Unjuk rasa kini telah berkembang menjadi tantangan langsung kepada Pemimpin Eksekutif Carrie Lam.
Para profesional hukum, yang biasanya menghindari demonstrasi, telah turun ke jalan dua kali sejak awal Juni. Polisi Hong Kong telah menangkap lebih dari 500 pemrotes dan mendakwa puluhan orang melakukan kerusuhan. Mereka dapat menerima maksimal 10 tahun penjara.
Dalam sebuah pernyataan setelah pawai, Departemen Kehakiman kota bersikeras melakukan penilaian obyektif dan profesional dalam menentukan kasus mana yang akan dituntut.
"DoJ tidak akan menangani kasus secara berbeda karena kepercayaan politik atau latar belakang orang-orang yang terlibat," ujar pernyataan itu.