REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk mengaku berencana untuk menerbitkan surat utang berdenominasi valas (global bond) demi menutupi kebutuhan belanja modal tahun ini. Pada 2019 ini, PGN menargetkan total belanja modal sebesar 500 juta dolar AS.
Sementara ini, PGN baru mendapatkan pendanaan dari Bank Mandiri sebanyak 350 juta dolar AS sehingga terdapat kekurangan 150 juta dolar AS.
Direktur Utama PGN, Gigih Prakoso, mengatakan, penerbitan surat utang menjadi opsi perseroan jika memang dibutuhkan. Menurut dia, saat ini kondisi pasar sedang bagus sehingga cukup mendukung untuk aksi penerbitan surat utang.
"Apakah kita nanti mau terbitkan global bond atau tidak, kita akan coba sounding ke pasar lagi kalau memang ada kebutuhan untuk capex (belanja modal)," kata Gigih di Kementerian BUMN, Kamis (8/8).
Kendati demikian, Gigih menuturkan, pembicaraan dengan para investor terkait niatan tersebut belum dilakukan secara detil. PGN masih melakukan kajian secara internal sebelum membulatkan rencana penerbitan obligasi.
Di satu sisi, ia menjelaskan, perseroan juga akan melihat keberjalanan belanja modal hingga akhir tahun. Gigih menyebut dari target belanja modal 500 juta dolar AS, realisasi semester I 2019 masih cukup rendah. Sepanjang semester I 2019, dari target belanja modal 500 juta dolar AS, telah terserap sekitar 30 persen.
Lebih lanjut, Gigih menuturkan, ketertarikan PGN mencari pendanaan dari surat utang luar negeri karena melihat keberhasilan Pertamina dan PLN. Dua BUMN sektor energi itu bisa mendapatkan pendanaan global bond dengan bunga rendah dengan jangka waktu 10-30 tahun.
"Sebenarnya kita juga ingin, cuma melihat kebutuhan juga. Besarannya berapa saya belum tahu pasti," kata dia.
Gigih menjelaskan, tahun ini PGN mendapatkan tugas dari pemerintah untuk membangun dan mengoperasikan 78 ribu sambungan rumah tangga (SR) jaringan gas (Jargas). Adapun hingga saaat ini sudah terdapat 564 ribu sambungan jargas yang beroperasi.
Sejak perseroan masuk ke dalam holding migas dan menjadi subholding gas, PGN memegang peran strategis untuk menyediakan akses energi gas bumi yang ramah lingkungan dengan harga terjangkau.
Namun disaat yang bersamaan, Indonesia tengah menghadapi tantangan kemandirian energi nasional. Itu terlihat dari semakin membengkaknya subsidi energi.
Pada tahun ini saja, subsidi energi yang digelontorkan sekitar Rp 100 triliun untuk Bahan Bakar Minyak maupun gas elpiji. Karena itu, pemerintah meminta PGN untuk terus memperbesar porsi penggunaan gas bumi.