REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG -- Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kabupaten Karawanng, menerima laporan jika ada 5.000 pobon mangrove yang turut terdampak kebocoran minyak di anjungan lepas pantai milik Pertamina Hulu Energi (PHE) ONWJ. Ribuan mangrove ini, berada di Pantai Pasir Putih, Kecamatan Cilamaya Kulon.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kabupaten Karawang, Wawan Setiawan, mengatakan, pihaknya sudah menerima laporan dari masyarakat soal hutan mangrove yang turut terkena imbas pencemaran lingkungan ini. Akan tetapi, luasannya tidak dihitung berdasarkan ukuran hutan itu. Melainkan, dihitung per pohon.
"Sudah ada 5.000 pohon. Namun, kita belum mengecek ke lokasi," ujar Wawan, kepada Republika.co.id, Rabu (7/8).
Menurut Wawan, pencemaran spill oil ini sudah kategorinya darurat. Apalagi, minyak mentah itu telah mencemari laut, pesisir, bahkan sudah masuk ke areal tambal ikan. Sedangkan, kebocoran minyak mentah ini, terjadi sejak 12 Juli lalu hingga saat ini, masih belum terhenti.
Untuk dampak lingkungan, lanjut Wawan, yang paling terlihat yaitu di wilayah pesisir. Gumpalan-gumpalan minyak mentah itu, bercampur dengan pasir dan tanah. Bahkan, gumpalan minyak hitam tersebut akan meleleh seiring dengan panasnya terik matahari.
Sedangkan, untuk dampak lingkungan ke yang lain, seperti sumur warga sampai saat ini belum ada laporan. Adapun ke tambak ikan, terbawa oleh air laut yang mengalir ke area tambak.
"Kalau, dampak secara detil untuk lingkungan, mulai dari terumbu karang, pesisir, tambak sampai mangrove, akan jelas terlihatnya nanti dua atau tiga bulan yang akan datang," jelasnya.