Kamis 08 Aug 2019 15:55 WIB

Ribuan Hektare Lahan Pertanian di Sukabumi Gagal Panen

Lahan pertanian di Sukabumi gagal panen akibat kekeringan.

Rep: Riga Nurul Iman/ Red: Nur Aini
Ilustrasi kekeringan.
Foto: ANTARA FOTO/Abriawan Abhe
Ilustrasi kekeringan.

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Seluas 2.700 hektare lahan pertanian di Kabupaten Sukabumi mengalami gagal panen atau puso. Ribuan hektare lahan tersebut tersebar di sebanyak 32 kecamatan dari 47 kecamatan di Kabupaten Sukabumi.

‘’Lahan pertanian padi yang puso saat ini mencapai seluas 2.700 hektare,’’ ujar Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sukabumi, Sudrajat kepada Republika.co.id, Kamis (8/8). Sementara, lahan pertanian yang terdampak kekeringan dari tingkat ringan, sedang, dan berat mencapai seluas 6.000 hektare.

Baca Juga

Jumlah lahan yang puso karena kekeringan dinilai kemungkinan besar bertambah banyak. Hal itu terjadi jika kondisi kekeringan masih terus terjadi di sepanjang Agustus 2019.

Menurut Sudrajat, lahan persawahan yang terdampak kekeringan berada di 32 kecamatan. Kebanyakan wilayah yang terdampak tersebar di selatan Sukabumi yang rata-rata sawahnya tadah hujan. Dalam artian areal pertaniannya mengandalkan sarana pengairan dari turunnya hujan.

Sudrajat mengatakan, dari ribuan hektare lahan yang kekeringan ada yang akan masuk musim panen. Harapanya lahan tersebut bisa tertolong dan bisa menghasilkan produksi yang maksimal.

Pemda, kata Sudrajat, berupaya memberikan bantuan pompanisasi ke sejumlah lahan pertanian yang masih terdapat potensi air. Sementara, lahan pertanian yang tidak ada sumber air akan mengalami kesulitan pengairan.

‘’ Untuk lahan pertanian yang terkena bncana kekeringan dan tidak masuk asuransi akan diberikan kompensasi bantuan benih,’’ kata Sudrajat. Pemberian benih padi tersebut akan dilakukan pada musim yang akan datang.

Pada momen kemarau saat ini, ungkap Sudrajat, sebaiknya petani memang beralih ke tanaman palawija. Apalagi, Pemkab Sukabumi juga tengah serius melakukan pengembangan kawasan buah-buahan.

Di sisi lain, kata Sudrajat, meskipun mengalami kekeringan namun produksi beras di Sukabumi masih surplus. Sebab, hingga September 2019 mendatang masih ada panen dan hasilnya tersebut masih melebihi kebutuhan di masyarakat.

Sudrajat mengatakan pada Juni 2019 luas panen 18.459 hektare dan produksi beras 43.064 ton serta kebutuhan 21.038 ton sehingga surplus 22.026 ton. Pada Juli 2019, luas panen 22.320 hektare, produksi beras 78.952 ton dan kebutuhan 21.038 ton sehingga surplus 57.194 ton.

Sementara pada Agustus kata Sudrajat, luas panen diperkirakan 9.561 hektare produksi beras 33.158 ton, kebutuhan 21.038 sehingga surplus 12.120 ton. Terakhir September luas panen 5.974 hektare produksi beras 21.102 ton kebutuhan 21.038 ton dan surplus 64 ton.

Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kecamatan Surade H Sahlan menuturkan, pada musim kemarau petani mayoritas sudah beralih menanam tanaman palawija seperti semangka. '' Peralihan ini dilakukan untuk mengantisipasi dampak kekeringan akibat kemarau yang mulai terasa di selatan Sukabumi,'' kata dia.

Di mana bila tetap menanam padi dikhawatirkan akan kesulitan mendapatkan pengairan. Apalagi, kata Sahlan, mayoritas lahan pertanian di selatan termasuk sawah tadah hujan. Dalam artian lahan tersebut sangat mengandalkan guyuran hujan untuk mengairi areal persawahan.

Sehingga, kata Sahlan, sejak awal puasa petani sudah menanam palawija khususnya semangka. Tanaman semangka lebih sedikit membutuhkan pasokan air bila dibandingkan dengan padi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement