Kamis 08 Aug 2019 20:14 WIB

Sepekan, Warga Melamar Kerja ke Jepang Capai 1.500 Orang

Pelamar yang mengikuti pelatihan, akan mendapatkan uang saku Rp 21 juta.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Agus Yulianto
Minat tenaga kerja asal Jabar untuk bekerja ke Jepang cukup tinggi. Hal itu, terlihat dari jumlah pelamar yang melamar untuk bekerja di Jepang dalam sepekan saja sudah mencapai 1.500 orang.
Foto: Foto: Arie Lukihardianti/Republika
Minat tenaga kerja asal Jabar untuk bekerja ke Jepang cukup tinggi. Hal itu, terlihat dari jumlah pelamar yang melamar untuk bekerja di Jepang dalam sepekan saja sudah mencapai 1.500 orang.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Minat tenaga kerja asal Jabar untuk bekerja ke Jepang cukup tinggi. Hal itu, terlihat dari jumlah pelamar yang melamar untuk bekerja di Jepang dalam sepekan saja sudah mencapai 1.500 orang. 

Menurut Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Jabar, Ade Afriandi, pihaknya mulai mengubah pola rektrutmen tenaga migran yang akan dikirim ke antar daerah maupun ke luar negeri. Sebelumnya, pola perekrutannya diserahkan ke Dinsnakertrans Jabar dengan sistem kuota.

"Rekrutmen itu kita ubah, tidak seperti selama ini. Selama ini ngirim ke kabupaten/kota, kita enggak tahu proses di sana seperti apa," ujar Ade kepada wartawan, di acara Pembukaan Pelatihan Tenaga Kerja Migran Bidang Manufakture yang akan di kirim ke Jepang di Balai Latihan Kerja Pekerja Migran Indonesia (BLKPMI) Jabar, Kamis (8/8).

Ade mengatakan, biasanya setiap tahun, Disnakertrans Jabar hanya dikirim calon tenaga kerja yang jumlahnya sudah sesuai kuota dari kabupaten/kota. Jadi, Disnakertrans Jabar tak bisa mengetahui berapa sebenarnya jumlah tenaga kerja yang minat bekerja ke luar negeri. 

"Kita ubah, walaupun infonya kita beritahu ke kabupaten/kota, tetapi open recruitmen. Jadi, semua media kita gunakan," katanya. Sehingga, nantinya bisa diketahui sebenarnya berapa orang lulusan SMK, SMA, berapa lulusan diploma atau sarjana yang membutuhkan pekerjaan baik itu migran dalam negeri maupun luar negeri. 

Menurut Ade, Disnakertrans Jabar tidak perlu setiap tahun open recruitmen. Contohnya, di BLKPMI ini begitu open recruitmen sepekan saja yang mendaftar mencapai 1.500 pelamar. Padahal, hanya dua angkatan dengan total 140 orang.

Kalau menggunakan pola lama, kata dia, yang mendaftar untuk Agustus hanya 200 orang. Karena di kabupaten/kotanya tidak dilakukan open recruitmen. 

"Jadi yang mendaftar yang tahu saja atau melalui LPK siapa saja yang ikut latihan ditarik saja. Sekarang, kami bikin Jabar migran service center," katanya.

Ade menjelaskan, pola perekrutan ini pun diubah karena ia melihat lulusan dari BLK (Balai Latihan Kerja) serapan ke dunia industrinya, masih rendah. Hal itu, diketahui setelah pihaknya melihat dari laporan usai pelatihan.

Menurut Kepala Balai Latihan Kerja Pekerja Migran Indonesia (BLKPMI ) Jabar, Teguh Khasbudi, pihaknya sudah memberangkatkan tiga angkatan. Kali ini, pihaknya sudah melakukan open rekrutment dalam waktu singkat sudah ada 1.500 yang mendaftar. 

"Dari proses open rekrutment ini kami melakukan seleksi. Jadi terseleksi jumlah 20 orang untuk satu angkatan mengikuti pelatihan selama 21 hari," katanya.

Peserta pelatihan tersebut, kata dia, berasal dari lulusan SMA sebanyak 5 orang, SMK 13 orang, dan lulusan s1 sebanyak 2 orang. Mereka, berasal dari  berbagai pelosok di Jabar. Di antaranya, Kabupaten Bandung Barat, Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Sukabumi.

"Pelamar yang mengikuti pelatihan, akan mendapatkan uang saku Rp 21 juta," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement