Kamis 08 Aug 2019 21:52 WIB

Menag: Mbah Moen Milik Umat

Menag Lukman Hakim Saifuddin menegaskan ketokohan Mbah Moen adalah miliki semua

Rep: Syahruddin El-Fikri/ Red: Hasanul Rizqa
Teladan Mbah Moen
Foto: Republika
Teladan Mbah Moen

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin meminta seluruh warga Nahdliyyin untuk senantiasa meneladani ulama kharismatik asal Sarang, Rembang, yang belum lama ini berpulag ke rahmatullah. Sosok yang dimaksud tak lain KH Maimoen Zubair alias Mbah Moen.

Pesan itu Menag sampaikan saat mengisi sambutan acara Silaturahim Nahdlatul Ulama Sedunia XVIII di Makkah, Arab Saudi, Kamis (8/8).

Baca Juga

Menurut Menag yang juga Amirul Hajj Indonesia 2019, Mbah Moen merupakan sosok pemersatu bangsa. Ketokohannya sangat dihormati semua kalangan.

“Tidak saja bagi umat Islam, bahkan umat agama lain pun mengucapkan bela sungkawa dan duka cita atas wafatnya Mbah Maimoen. Ini menunjukkan bahwa Mbah Maimoen itu bukan hanya milik NU, tetapi juga milik bangsa,” ujar Menag.

Karena itu, ia pun mengajak umat Islam, khususnya warga Nahdliyyin, untuk terus mendoakan Mbah Moen. Mustasyar PBNU tersebut diketahui wafat pada Selasa (6/8) lalu saat sedang menunaikan ibadah haji.

photo
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin memberikan keterangan pers kepada wartawan Media Center Haji di sela-sela acara Silaturahim NU se-Dunia yang ke-XVIII di daerah Jarwal, Makkah, Kamis (8/8). Menag meminta umat Islam bisa meneladani sosok KH Maimoen Zubair yang wafat di Makkah, pada Selasa (6/8). Sosok Mbah Maimoen dianggap sebagai tokoh umat dan milik bangsa.

Menag menyebutkan, banyak pihak yang bersedih dan merasa kehilangan atas kepergian ulama Pengasuh Ponpes Al-Anwar, Sarang, Rembang, tersebut.

"Bahkan, bukan hanya kita yang bersedih, alam pun turut berduka. Orang-orang dari berbagai kalangan merasa kehilangan sehingga doa terpanjat dari mana saja, kiai, jamaah, habib, sampai pendeta," ungkapnya.

Ia pun mempersilakan warga dan umat lain untuk mendoakan Mbah Moen. “Siapa saja boleh mendoakan. Semoga semakin banyak orang NU yang mampu meneladani Mbah Moen, dan kita termasuk di dalamnya," ujar Menag.

Di tempat yang sama, hadir putra Mbah Moen, Gus Taj Yasin yang juga Wakil Gubernur Provinsi Jawa Tengah. Gus Taj Yasin mengatakan, pihak keluarga tentu sangat bersedih atas kepergian Mbah Maimoen. Santri-santri juga, sebutnya, juga merasa kehilangan. Dan ia pun meminta jamaah untuk mendoakan Mbah Moen.

"Kami semua bersedih dan merasa kehilangan. Dan semoga kesedihan dan kehilangan yang kita rasakan atas seorang pemersatu dan perekat persatuan, membuat kita menjadi lebih baik lagi,” ungkap Gus Yasin.

Gus Yasin menuturkan, Mbah Moen itu sejak masih bayi tidak pernah minum air susu ibu (ASI). Sebab, ibu dari Mbah Moen sedang mengidap suatu penyakit.

“Yang masuk justru air putih yang dibacakan doa oleh Hadratusysyaikh KH Hasyim Asy’ari, dan Mbah KH Wahab Chasbullah,” terangnya.

Doa dari para kiai NU tersebut menunjukkan berkah sehingga Mbah Moen begitu cinta pada NU dan bangsa. “Beliau sangat cinta dengan NU. Dan beliau senantiasa mengingatkan supaya bisa menghargai orang lain,” kata Gus Yasin.

 

Jaga NU

KH Ali Masyhuri dalam tausiyahnya di hadapan ratusan hadirin forum silaturahim tersebut meminta seluruh warga nahdliyyin untuk menjaga NU, menjaga tradisi NU, menjaga tradisi ulama.

“Kita sadar, banyak orang yang ingin merusak dan menghancurkan NU. Tapi kita percaya, atas ridha Allah dan doa dari para ulama, NU akan senantiasa lestari,” ujarnya ulama asal Sidoarjo (Jatim) itu yang diamini seluruh hadirin.

Dan ia pun meminta generasi muda NU untuk senantiasa menjadi benteng dari para ulama, membantu ulama, menjaga ulama, menjaga NU, dan menjaga bangsa serta negara.

“Kalian punya semangat tinggi. Belajar dan jaga NU. Teladani para ulama, dan warisi apa yang sudah digalakkan NU,” ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement