REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Musik Campur Sari mengantarkan penyanyi Didi Prasetyo sebagai sosok populer. Genre musik yang sempat menjadi tren pada era 1990-an itu pun kembali memikat anak-anak muda.
Penyanyi yang tenar dengan nama panggung Didi Kempot itu mengatakan, kembalinya Campur Sari pada akhir periode 2010-an tidak lepas dari sentuhan media jejaring sosial. Berawal dari tayangan akun Youtube milik penyiar radio Hard Rock FM Gofar Hilman, lagu Didi Kempot dan musik Campur Sari mendapatkan perhatian warganet.
“Memang saya akui Gofar-lah yang membuat saya seperti ini dan dapat lebih dikenal lagi, terutama di kalangan anak muda,” kata Didi Kempot saat dijumpai Antara di Jakarta.
Berkat lagu-lagunya yang mengangkat cerita patah hati, Didi Kempot pun lantas mendapatkan julukan "The Lord Didi" oleh warganet. Dia pun juga bangga disebut sebagai Bapak Patah Hati Nasional alias "The Godfather of Broken Heart".
“Ya itu menjadi kebanggaan saya. Menurut saya, apabila kamu mencintai bahasa daerahmu, kebetulan saya orang Jawa, pasti kamu menyukai lagu Jawa,” ujarnya.
Di mata Didi, gelar The Godfather of Broken Heart merupakan buah dari pemikiran kreatif generasi muda pecinta musik Indonesia. Ia tak mempermasalahkan julukan yang diberikan untuknya.
“Aku dengan sebutan itu tidak masalah ya, soalnya yang bikin anak-anak muda itu tuh pinter, cerdas, dan kreatif. Hal itu yang harusnya kita hargai,” ujar anak dari salah satu anggota Srimulat Ranto Edi Gudel itu.
Alasan utama mengambil tema-tema lagu patah hati, menurut Didi, adalah lagu itu mudah diterima. Apalagi, ia meyakini banyak pendengar yang mengalami hal itu.
Didi pun memiliki sebutan khusus untuk penggemarnya. Mereka dijuluki "sad boy/sad girl" atau "sobat ambyar", sahabat yang hancur akibat patah hati.
Didi Kempot mengaku menulis lagu pertama pertamanya pada 1989. Salah satunya berjudul "Cidro" dan direkam pertama kali di Musica Studio yang terletak di kawasan Pancoran, Jakarta Selatan.
Pria kelahiran 1966 itu menuturkan nama Didi Kempot merupakan singkatan dari Didi Kelompok Penyanyi Trotoar yang sebelumnya beredar di Solo. Didi mengatakan, ia telah dikenal bahkan sejak 1993 saat berkunjung ke Suriname dan Belanda.
“Saya keluar negeri itu pada 1993. Itu ke Suriname dan Belanda. Nah sekarang kalau saya datang ke Suriname, pasti (saya) selalu disambut oleh menteri yang ada di sana dan ditonton presiden. Wis koyo pejabatlah (sudah kayak pejabatlah),” ujarnya sembari tertawa.
Meskipun telah tenar sebagai penyanyi Campur Sari, Didi Kempot justru tidak mengklaim diri sebagai penyanyi Campur Sari. Didi lebih setuju jika disebut sebagai penyanyi Jawa. Tapi, dia mengaku musiknya adalah Campur Sari.
“Kalau aku enggak ambil pusing dengan hal-hal kayak gitu ya. Mau dibilang Campur Sari apa Dangdut terserah. Yang penting, ijek iso neyengin uwong (masih bisa menyenangkan orang),” kata adik dari pelawak Mamik Prakoso itu.
Meskipun lirik lagunya berbahasa Jawa dan tidak semua pendengar muda mengerti artinya, Didi menilai para pendengar muda bukan hanya sekedar menikmati lirik melainkan juga musik yang mudah didengar.
“Kalo aku itu wajar-wajar saja ya karena musik-nya enak. Terus, dia (pendengar) suka ya kayak misalnya dengerin lagu barat. Kita belum tentu juga tahu artinya. Tapi karena musiknya enak, jadi pengen tahu juga apa artinya,” katanya.