Jumat 09 Aug 2019 15:37 WIB

Haji Wada dan Pesan Perpisahan Rasulullah

Haji wada atau haji perpisahan, momen mengharukan ketika Rasulullah berkhutbah

Rasulullah
Foto: Republika/Mardiah
Rasulullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hari ini tepat tanggal 8 Dzulhijjah 1440 Hijriah. Tanggal tersebut bertepatan dengan Hari Tarwiyah, yakni sehari sebelum Hari Arafah.

Nama tarwiyah dapat ditelusuri dari kebiasaan para peziarah di Tanah Suci sejak dahulu. Jamaah haji mengenyangkan diri dengan minum air (rawiya, irtawa) ketika masih di Makkah, untuk kemudian mereka bergerak ke Mina lantaran di daerah antara Makkah dan Muzdalifah itu air tak ditemukan.

Pada hari ini, kaum Muslimin pun dianjurkan berpuasa sunah tarwiyah. Tarwiyah juga menandakan momen ketika sang khalilullah Ibrahim AS bermimpi menyembelih putra kesayangannya, Ismail AS.

Nabi Ibrahim pada hari itu merenungi (rawwa-yurawwi-tarwiyah) tentang makna atau takwil mimpi tersebut. Keesokan harinya, pada tanggal 9 Dzulhijjah, dia pun mengenali (‘arafa) bahwa mimpi itu benar perintah dari Allah SWT. Tanggal itu dikenang sebagai Hari Arafah.

 

Haji Wada

Dalam kehidupan Rasulullah Muhammad SAW, Hari Tarwiyah menandakan suatu momen historis. Saat itu, tahun ke-10 sejak hijrahnya baginda dari Makkah ke Yastrib (Madinah). Kira-kira dua tahun setelah pembebasan Makkah (Fathu Makkah).

Pada pagi hari itu, Nabi SAW memimpin khalayak kaum Muslimin bergerak menuju Padang Arafah. Mengutip buku Sejarah Hidup Muhammad karya Muhammad Husain Haekal (terjemahan Ali Audah, 2014, hlm. 564-567). Nabi SAW kemudian tiba di Namirah, sebuah desa sebelah timur Arafah.

Di sana, sudah dipasang kemah untuk beliau. Selanjutnya, Nabi SAW berangkat lagi hingga sampai dekat oasis di bilangan Uranah.

Di tempat itulah, beliau menyeru kepada sekalian khayalak—umatnya. Sebagian sejarawan menyebut jumlah mereka 90 ribu orang. Ada yang menyebut 114 ribu orang.

Inilah momen yang begitu mengharukan sekaligus membahagiakan dari serangkaian Haji Wada, haji perpisahan. Haru, lantaran Rasul SAW menyampaikan tanda-tanda bahwa tak lama lagi beliau berpulang ke rahmatullah, meninggalkan keluarga, sahabat, dan umatnya yang teramat mencintainya. Bahagia, lantaran tak lama sesudah itu turun wahyu Allah SWT yang menegaskan, agama Islam telah sempurna.

Maka berkumpul lautan manusia. Mereka siap menyimak kata-kata dari Rasulullah SAW.

Sesudah mengucapkan syukur dan puji ke hadirat Allah SWT, beliau berkata dengan jelas kepada khalayak. Tiap selang-seling ceramahnya, beliau menjeda untuk memberi waktu pemahaman kepada puluhan ribu atau ratusan ribu jamaah di hadapannya:

"Wahai manusia sekalian! Perhatikanlah kata-kataku ini! Saya tidak tahu, kalau-kalau sesudah tahun ini, dalam keadaan seperti ini, tidak lagi saya akan bertemu dengan kamu sekalian."

"Saudara-saudara! Bahwasannya darah kamu dan harta-benda kamu sekalian adalah suci buat kamu, seperti hari ini dan bulan ini yang suci sampai datang masanya kamu sekalian menghadap Tuhan. Dan pasti kamu akan menghadap Tuhan; pada waktu itu kamu dimintai pertanggungjawaban atas segala perbuatanmu. Ya, saya sudah menyampaikan ini!"

"Barangsiapa telah diserahi suatu amanat, tunaikanlah amanat itu kepada

yang berhak menerimanya."

"Bahwa semua riba sudah tidak berlaku. Tetapi kamu berhak menerima kembali modalmu. Janganlah kamu berbuat zalim merugikan orang lain, dan jangan pula kamu teraniaya dirugikan. Allah telah menentukan bahwa tidak boleh lagi ada riba dan bahwa riba al-Abbas bin Abdul-Muttalib semua sudah tidak berlaku."

"Bahwa semua tuntutan darah selama masa jahiliah tidak berlaku lagi, dan bahwa tuntutan darah pertama yang kuhapuskan adalah darah Ibn Rabi'ah bin al-Haris bin Abdul-Muttalib!"

(Bersambung)

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement