REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, mengimbau masyarakat tetap tenang pascapeningkatan status Gunung Slamet dari aktif normal menjadi waspada. Desa terdekat berjarak sekitar 10-12 kilometer dari puncaknya.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Banyumas Ariono Poerwanto mengataan Desa Limpakuwus, Kecamatan Sumbang, merupakan wilayah Kabupaten Banyumas yang terdekat dengan puncak Gunung Slamet. Namun, kondisinya masih aman.
"Yang perlu diwaspadai adalah para pendaki sehingga jalur pendakian Gunung Slamet untuk sementara ditutup," kata dia di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jumat (9/8).
Menurut dia, hal itu berdasarkan rekomendasi yang dikeluarkan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG). Radius bahaya dalam status waspada berjarak 2 kilometer dari kawah Gunung Slamet.
Sementara itu, Kepala Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) Kabupaten Banyumas Asis Kusumandani mengatakan Kawasan Wisata Baturraden masih aman dikunjungi wisatawan. "Jarak Lokawisata Baturraden dengan puncak Gunung Slamet sekitar 12 kilometer sehingga masih aman untuk dikunjungi wisatawan," katanya.
Kepala Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Dinporapar) Kabupaten Purbalingga Yanuar Abidin mengatakan pihaknya akan segera berkoordinasi dengan petugas Pos Pendakian Gunung Slamet di Dusun Bambangan, Desa Kutabawa, Kecamatan Karangreja, terkait dengan peningkatan status GunungSlamet. "Kalau diperlukan, jalur pendakian Gunung Slamet akan kami tutup untuk sementara," katanya.
PVMBG meningkatkan status Gunung Slamet dari aktif normal (level I) menjadi waspada (level II) sejak hari Jumat (9/8), pukul 09.00 WIB. Peningkatan status tersebut dilakukan setelah PVMBG melakukan analisis terhadap hasil pemantauan aktivitas Gunung Slamet dari Pos Pengamatan Gunung Api Slamet di Desa Gambuhan, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang, yang berjarak sekitar 8,5 kilometer sebelah utara dari puncak Gunung Slamet.
Dalam hal ini, sejak bulan Juni hingga 8 Agustus 2019 tercatat 51.511 kali gempa embusan, lima kali gempa tektonik lokal, dan 17 kali gempa tektonik jauh. Selain gempa-gempa tersebut, pada akhir Juli 2019 mulai terekamgetaran tremor dengan amplitudo maksimum 0,5-2 milimeter dan masih berlangsung hingga saat pelaporanserta energi kegempaan terdeteksi meningkat secara gradual.
Pengukuran jarak miring dengan metode EDM berfluktuasi dan berada pada pola datar, sedangkan dengan pengukuran ungkitan dengan tiltmeter terdeteksi adanya penggembungan (deformasi) mulai akhir Juli 2019. Sementara dalam pengukuran suhu mata air panas pada tiga lokasi menunjukkan nilai 44,8-50,8 derajat Celcius atau menunjukkan adanya kecenderungan naik dibandingkan dengan pengukuran sebelumnya.