REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Partai Gerindra memberi klarifikasi soal julukan "penumpang gelap", yakni suatu pihak yang disebut sering menghasut Prabowo Subianto dalam ajang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 demi kepentingan pribadi.
"Penumpang gelap" itu juga disebut tidak menyukai rekonsiliasi antara Prabowo Subianto dan Joko Widodo (Jokowi). Hanya saja, juru bicara Gerindra Andre Rosiade menegaskan, itu bukanlah ulama Alumni 212. "Penumpang gelap" juga tidak berasal dari partai koalisi pendukung Prabowo-Sandiaga Uno.
"'Penumpang gelap' itu bukan dari koalisi, bukan juga ulama 212. Saya ingin klarifikasi ya. 'Penumpang gelap' itu bukan teman koalisi kami, bukan juga ulama 212 yang mendukung kami," kata Andre Rosiade di Kompleks Parlemen RI, Jakarta, Sabtu (10/8).
"Penumpang gelap" itu, lanjut dia, telah berusaha membenturkan antara kubu Jokowi dan Prabowo. Andre menuturkan, pihak "penumpang gelap" itu telah mendatangi Prabowo, lalu menjadikan ulama dan emak-emak sebagai korban bentrokan dengan aparat kepolisian.
Namun, dorongan "penumpang gelap" itu tidak disetujui oleh Prabowo. Menurut Andre, mantan danjen Kopassus itu tak setuju bila sampai terjadi keributan di Indonesia.
"Karena itu ingin Indonesia chaos, ingin pak Jokowi disalahkan, ingin Indonesia ribut. Pak Prabowo sebagai patriot dan negarawan menolak hal itu," ujar Andre menegaskan.
Tak Perinci
Kendati demikian, Andre enggan menjelaskan secara perinci identitas ataupun siapa kelompok "penumpang gelap" yang dimaksud. Andre menyerahkan pada aparat ihwal penindakan terhadap pihak demikian. Ia juga menyebut, "penumpang gelap" itu sudah berada dalam penanganan aparat.
"Biarkan aparat keamanan bekerja, untuk membuktikan siapa 'penumpang gelap' itu. Yang jelas, saya tegaskan 'penumpang gelap' itu bukan 212 dan bukan partai koalisi. Karena yang dikorbankan ulama dan koalisi," kata Andre.
Sebelumnya, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad mengungkapkan ada pihak yang sering menghasut Prabowo Subianto di Pilpres 2019 demi kepentingan pribadi. Ia menyebut pihak tersebut dengan julukan "penumpang gelap."
Dasco menyebut, "penumpang gelap" demikian selama Pilpres 2019 tak lelah mendukung Prabowo. Bahkan, dukungan mereka tak surut hingga Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi mengajukan sengketa Pilpres ke Mahkamah Konstitusi (MK).
"Penumpang gelap" tersebut pun berniat melakukan demonstrasi selama sidang sengketa pilpres di sekitar MK. Namun, saat itu Prabowo dengan tegas menolak hal tersebut.
"Itu tidak disangka dan tidak diduga, Prabowo akan umumkan ke pendukungnya untuk tidak melakukan demo, tidak datang ke MK agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan," ujar Dasco di Hotel Ashley, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (9/8).
Rupanya, keputusan Prabowo itu mengecewakan penumpang gelap yang sedari awal mendukungnya. Tak sampai di situ, mereka pun menghasut mantan Danjen Kopassus itu agar mengikutsertakan ulama dan emak-emak agar memprotes hasil Pilpres 2019.