Sabtu 10 Aug 2019 12:51 WIB

Soal Jatah Menteri, Demokrat Kenang Masa Pemerintahan SBY

Demokrat tanggapi Megawati yang minta jatah menteri secara terang-terangan

Rep: Arif Satrio Nugroho/ Red: Hasanul Rizqa
SBY memberi penjelasan, ilustrasi
Foto: Republika
SBY memberi penjelasan, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pihak Partai Demokrat menyebut, tidak ada partai pendukung pemerintah yang secara terbuka meminta jatah menteri pada era kepresidenan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Saat itu, penentuan formasi kabinet dilakukan SBY secara tertutup.

Pernyataan tersebut disampaikan Ketua Divisi Komunikasi Publik Partai Demokrat Imelda Sari. Dia menanggapi permintaan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri yang secara terang-terangan meminta jatah menteri paling banyak kepada presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi).

Baca Juga

"Yang disampaikan Bu Mega, silakan saja. Tapi, pada saat Pak SBY di pemerintahan, tidak ada satu partai politik pun menyampaikan hal itu secara terbuka. Tidak ada satu partai pendukung pun," ujar Imelda di Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (10/8).

Dia menegaskan, partai pendukung SBY menyerahkan sepenuhnya keputusan kepada kepala pemerintahan dalam menyusun kabinet. Demikian halnya, baik pada periode pertama (2004-2009) maupun periode kedua (2009-2014). Pembahasan memang tetap dilakukan, tetapi lebih dengan cara-cara yang tertutup.

"Dalam 10 tahun itu, tidak ada partai-partai koalisi meminta langsung secara terbuka kepada seorang presiden terpilih di Kongres Partai. Bagi kami, hak prerogatif (presiden) biar jadi kewenangan penuh," kata Imelda.

Demokrat sendiri menilai, permintaan jatah menteri yang disampaikan Megawati dalam pidatonya itu sebagai bentuk komunikasi antara ketua umum partai dengan para kadernya. Imelda menilai, ucapan Megawati bertujuan memotivasi para kader partai berlambang banteng moncong putih itu.

Soal kursi kabinet pasca-pemilu 2019 ini pun, Imelda menyatakan, Partai Demokrat menghormati Joko Widodo selaku présiden terpilih. Jokowi memiliki hak prerogratif untuk memilih menterinya. "Soal kursi kabinet sekali lagi kewenangan seorang presiden, kami tidak pernah bahas itu," ucapnya.

Sebelumnya, Megawati memberikan pernyataan terbuka mengenai syarat masuknya PDIP dalam kabinet periode kedua Jokowi. Partai berlambang banteng itu harus menjadi partai dengan jumlah menteri terbanyak di kabinet selanjutnya.

Hal itu disampaikan Megawati dalam Kongres V PDIP di Bali. "Saya meminta dengan hormat bahwa PDIP akan masuk dalam kabinet dengan jumlah menteri harus terbanyak," ujarnya.

Jokowi pun langsung membalas pernyataan tersebut, dan memastikan bahwa PDIP akan mendapatkan kursi menteri yang terbanyak dari partai lain.

"Yang jelas (kursi menteri untuk PDI-P) pasti yang terbanyak. Itu jaminan saya," kata Jokowi ketika berpidato di acara Kongres ke-V PDI-P di Hotel Grand Inna Bali Beach, Kamis (8/8).

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement