REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Kekeringan yang melanda Kali Bekasi sejak beberapa bulan ini berdampak terhadap penurunan produksi air bersih kepada pelanggan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Patriot, Kota Bekasi.
Normalnya, PDAM milik Pemerintah Kota Bekasi ini memproduksi air bersih sebesar 500 liter per detik untuk disalurkan kepada 31 ribu sambungan pelanggan. Namun, setelah sumber air di Kali Bekasi mengalami kekeringan, produksi air bersih menjadi turun.
"Normalnya, produksi air baku 490-500 liter per detik, menurun menjadi 420 liter per detik," ujar Kasubag Humas PDAM Tirta Patriot, Uci Indrawijaya, Senin (12/8).
Dia menjelaskan penurunan produksi air bersih disebabkan menurunnya kualitas air baku di Kali Bekasi. Selain itu, debit Kali Bekasi yang menurun drastis juga karena pencemaran limbah bahan berbahaya dan beracun (B3).
"Penurunan air baku mulai terjadi pada pertengahan Juli ini, dampak dari musim kemarau dan pencemaran limbah berat," katanya.
Kali Bekasi yang hulunya berada di Sungai Cikeas dan Sungai Cileungsi berkaitan langsung dengan kualitas air di kedua sungai tersebut. Terutama, di Sungai Cileungsi, dampak pembuangan limbah berbahaya memengaruhi kualitas air baku Kali Bekasi. Bahkan di aliran kalinya kerap muncul busa (buih) di sekitar Bendung Kali Bekasi karena limbah salah satu pabrik keramik di Cileungsi.
"Busa di Kali Bekasi terjadi akibat turbulensi air kali yang jatuh. Busa sudah diselidiki dari pabrik pembuat keramik di Cileungsi," katanya.
Kondisi seperti ini membuat PDAM Tirta Patriot melakukan berbagai siasat agar pelayanan terhadap pelanggan air bersih tetap berjalan. Air bersih yang masuk ke rumah-rumah warga tidak sampai mati alias tetap mengucur walaupun dengan debit sedikit berkurang. PDAM juga berkoordinasi dengan Perum Jasa Tirta (PJT) II untuk melakukan buka-tutup Bendung Nowo dan Bendung Palanta.
Bendung Nowo mengalirkan air baku dari Kali Bekasi sedangkan Bendung Palanta mengalirkan air baku dari Kalimalang yang terbebas dari pencemaran limbah. Air Kali Bekasi dialirkan ke Bendung Nowo dan ditampung, sebagian lagi dibuang ke arah ke Babelan. Kemudian air dari Bendung Nowo ini akan dicampur dengan air baku dari Kalimalang.
"Kita berkoordinasi dengan PJT II untuk ditutup Bendung Nowo dan dibuka di Bendung Palanta sebanyak dua meter kubik/detik. Kita melakukan produksi dengan kualitas sumber air baku yang buruk, kita memaksakan juga untuk produksi, dengan biaya yang lebih besar," ucapnya.
Sehingga dalam kondisi air baku yang tidak bagus dan mengandung kadar limbah serta tidak bisa dinetralkan dari air baku Kalimalang, dilakukan penurunan produksi air baku menjadi 420 liter per detik. Kondisi ini membuat pendistribusian air bersih yang mengalir ke pelanggan menjadi menurun.
Bahkan, pada Ahad (4/8), sempat terjadi penghentian produksi air akibat pemadaman listrik PLN, Jawa, Bali dan Banten. Saat listrik mati cadangan air di reservoir (bak penampungan air bersih) masih mencukupi hingga listrik menyala kembali sekitar pukul 20.00 WIB.
Wali Kota Bekasi, Rahmat Effendi meminta ada pendampingan dari Gubernur Jawa Barat, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk melakukan penegakan hukum terhadap pencemar Sungai Cileungsi-Kali Bekasi. Kali tersebut melintasi dua wilayah Kabupaten Bogor, Kota Bekasi dan Kabupaten Bekasi.
"Harus ada pendampingan Pak Gubernur dan Kementerian LH agar ada penegakan hukum terhadap perusahaan nakal itu," katanya.
Pemerintah Kota Bekasi tidak bisa menindak perusahaan yang berada di daerah Kabupaten Bogor. "Kalau ada di wilayah Kota Bekasi, sudah kita tutup, disegel, malah sudah pindah. Ini bukti konkret konsistennya Kota Bekasi," kata Rahmat.