Senin 12 Aug 2019 13:48 WIB

Hadirnya Gundala di TIFF Tunjukkan Kekuatan Sineas Indonesia

Diterimanya Gundala di TIFF diharap menjadi pemantik film superhero Indonesia.

Rep: Antara/ Red: Indira Rezkisari
Muzakki, Tara Basro, Abimana Aryasatya, Joko Anwar, Bront Palarae dalam peluncuran trailer film Gundala di Jakarta Convention Center (JCC), Ahad (28/10).
Foto: Republika/Santi Sopia
Muzakki, Tara Basro, Abimana Aryasatya, Joko Anwar, Bront Palarae dalam peluncuran trailer film Gundala di Jakarta Convention Center (JCC), Ahad (28/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Industri perfilman Indonesia semakin menunjukkan kekuatannya, karya-karya sineas anak bangsa pun tak sedikit yang mendapat pengakuan dari luar negeri. Salah satunya adalah Gundala yang berhasil masuk dalam ajang Toronto International Film Festival 2019 dan menjadi angin segar untuk perfilman Tanah Air.

Hadirnya Gundala dalam festival film dunia bisa dibilang yang pertama kalinya bagi perfilman Indonesia dengan latar belakang cerita superhero, tentu hal tersebut akan menjadi sebuah gerbang pembuka bagi film lain khususnya dengan tema serupa. Production Manager BumiLangit Studios, perusahaan yang menaungi Gundala, Imansyah Lubis, percaya bahwa pahlawan lokal Indonesia memiliki peluang yang sangat besar untuk menuju Hollywood.

Dengan diterimanya Gundala di festival film internasional, hal ini akan menjadi pemantik bagi superhero lain untuk melakukan kesuksesan yang sama. Menurut Imansyah, di Indonesia sesama pemilik IP (Intellectual Property atau karya) saling mendukung dan bukan menjadikan pesaing.

"Tidak ada yang langsung memang (menandingi Marvel), masih terlalu dini kalau bilang bisa menyaingi pendapatan Avengers: Endgame, tapi kita sudah berusaha bikin film sebaik-baiknya. Semoga Gundala disukai dan ini baru awalnya," kata Imansyah.

Indonesia memiliki beberapa film yang kualitasnya diakui oleh dunia internasional seperti Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak yang meraih banyak apresiasi di festival film dunia seperti Cannes Film Festival pada 2017 dan Festival International de Films de Femmes de Créteil 2018. Film arahan Mouly Surya ini juga meraih penghargaan Asian World Film Festival (AWFF) 2018 yang berlangsung di Culver City, California, AS dan mewakili Indonesia di Academy Awards 2019 untuk kategori Best Foreign Languange.

Karya sineas Tanah Air yang juga mendapat respons positif dunia internasional adalah The Night Comes For Us yang disutradarai oleh Timo Tjahjanto. Film ini merupakan film Indonesia pertama yang masuk Netflix. Belum lagi ulasan positif dalam pemutaran perdana di Fantastic Festival 2018.

Tantangan tersendiri

Imansyah tidak menampik bahwa membuat film pahlawan super dibutuhkan keberanian yang besar, sebab dari proses praproduksi hingga pascaproduksi sangat berbeda dengan genre drama dan komedi. Belum lagi risiko besar di tengah penggarapan film seperti dana yang kurang atau investor yang pergi.

"Bikin film gini bujetnya hampir pasti lebih mahal dibanding drama pada umumnya. Sponsor juga begitu. Mereka mungkin agak deg-degan mau sponsori film superhero sejenis karena untuk yang sekarang Gundala kan jadi pionir, ini akan menetapkan standar baru, jadi pada menunggu kalau Gundala sukses mau sponsori," ujar Imansyah.

Tak hanya itu, Imansyah juga sadar bahwa sumber daya manusia (SDM) di Indonesia khususnya yang berkecimpung di industri film sangatlah sedikit. Menurut Imansyah, kemungkinan banyak yang belum berani untuk mengambil keputusan membuat film yang berbeda.

"Padahal, harusnya ada generasi baru yang siap mengisi. Kalau dulu ada sekolah film di IKJ doang, ada ISI lagi naik, kursus yang bukan kuliah tapi spesialis, harusnya SDM perfilman memang makin banyak," ujar Imansyah.

Gundala akan tayang pada 29 Agustus 2019. Film ini merupakan hasil garapan dari Bumilangit Studios, Screenplay Films bekerja sama dengan Legacy Pictures dan Ideosource Entertainment.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement