Senin 12 Aug 2019 18:35 WIB

Pasokan Air Minim Jadi Kendala Pemadaman Kebakaran Hutan

Kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan meluas.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Nur Aini
Sejumlah pengendara kendaraan bermotor melintas di atas jembatan Siak IV yang diselimuti kabut asap dampak kebakaran hutan dan lahan, di Pekanbaru, Riau, Selasa (6/8/2019).
Foto: Antara/Rony Muharrman
Sejumlah pengendara kendaraan bermotor melintas di atas jembatan Siak IV yang diselimuti kabut asap dampak kebakaran hutan dan lahan, di Pekanbaru, Riau, Selasa (6/8/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyatakan, pasokan air yang mulai menipis menjadi kendala penanganan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di sejumlah wilayah. Meski begitu pemerintah menegaskan akan terus berupaya melakukan pemadaman.

Direktur Pengendalian Karhutla KLHK Raffles Panjaitan mengatakan, pemerintah terus berupaya melakukan pemadaman api di sejumlah titik karhutla. Kendati demikian pasokan air yang ada di puncak musim kemarau seperti sekarang menjadi pekerjaan rumah tersendiri.

Baca Juga

“Iya, (air) sudah menipis. Udara kering kan kalau wilayah gambut kan airnya habis, Kita juga mencari air susah, itu yang bikin lambat penanganannya,” kata Raffles saat dihubungi Republika.co.id, Senin (12/8).

Meluasnya Karhutla salah satunya terjadi di Kalimantan. Berdasarkan catatan kepolisian daerah Kalimantan, jumlah lokasi karhutla meningkat dari 69 menjadi 82 titik api. Adapun wilayah terpara berada di Kalimantan Barat yakni 120 menjadi 419 titik api. 

Sedangkan berdasarkan data yang ditangkap satelit, jumlah titik panas di Riau tercatat mencapai 38 titik, di mana wilayah Rokan Hilir menjadi kabupaten terparah terdampak karhutla. Menurut dia, kendala pemadaman karhutla juga terjadi lantaran wilayah yang terdampak sulit diakses satgas karhutla.

Meski begitu pihaknya meyakinkan pemerintah akan terus berupaya melakukan pemadaman secara terpadu, salah satunya dengan melakukan water boombing. Berdasarkan catatan KLHK, luasan indikasi Karhutla periode Januari-Mei 2019 mencapai 42.740 hektare. Luasan tersebut terdiri dari lahan mineral seluas 15.202 hektare dan lahan gambut seluas 27.538 hektare.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement