REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya menyoroti kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Taman Nasional Tesso Nilo, Riau, yang berlangsung secara sporadis. Ia mengingatkan bahwa insiden itu mengancam kelangsungan hidup satwa dilindungi, seperti gajah dan harimau sumatera
"Kami sudah ada catatannya, termasuk Tesso Nilo. Sudah ada delapan kasus (karhutla) yang diproses," kata Siti kala mendampingi Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dan Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian di Pangkalan Udara Roesmin Nurjadin Pekanbaru, Senin malam.
Siti menegaskan proses hukum pelaku pembakaran lahan di Tesso Nilo akan terus berlanjut. Menurut dia, akan ada dua pelaku lainnya melibatkan perorangan, namun memiliki lahan dalam jumlah yang cukup luas yang akan segera diproses hukum.
"Saya dilaporkan kemarin, mungkin masih ada dua lagi yang kena (proses hukum di TNTN)," ujarnya singkat tanpa menjelaskan lebih rinci.
Siti mengungkapkan, persoalan penegakan hukum menjadi persoalan penting dalam memberikan efek jera kepada para pelaku pembakar lahan. Untuk itu, pihaknya memastikan bahwa penegakan hukum terhadap pelaku pembakar lahan, baik perorangan maupun korporasi, harus optimal.
"Kalau saya lihat aspek penegakan hukum dan bagaimana menolong pembukaan lahan bagi masyarakat di bagian secara konseptual harus diperbaiki," ujarnya.
Tidak hanya itu, Kementerian LHK juga tengah menelisik sejumlah perusahaan yang ada di wilayah Siak, Pelalawan, Inhu, dan Inhil. Pihaknya mensinyalir kebakaran hutan dan lahan yang semakin meluas di empat wilayah itu ada kaitannya dengan perusahaan perkebunan.
"Saya ikuti terus datanya di lapangan, yang banyak itu kan sekarang di Siak, Pelalawan, Inhu, dan Inhil. Kalau dilihat memang di wilayah ini ada kaitan dengan banyak lahan konsesi perusahaan, ini akan saya teliti," katanya.
Jika memang nantinya ada perusahaan yang terlibat dalam kasus karhutla, maka pihaknya akan memberikan saksi tegas, mulai dari saksi administrasi berupa pencabutan izin, hingga sanksi perdata dan pidana.
"Kalau masalah lingkungan kan jelas, ada sanksi administrasi, perdata dan pidana, nanti tinggal kita proses saja sejauh mana pelanggarannya, tadi Pak Kapolri dan Panglima TNI sudah menegaskan, kalau yang langsung ditangkap di lapangan, bisa langsung dilakukan penegakan hukumnya," tuturnya.
Lebih jauh, Siti Nurbaya juga menyatakan telah memperingatkan 55 perusahaan yang tersebar di sejumlah provinsi terkait karhutla. Meski tidak menjelaskan secara rinci 55 perusahaan yang dimaksud, namun dia memastikan beberapa di antaranya ada di Provinsi Riau.
"Sampai sekarang kamisudah berikan peringatan ke 55 perusahaan se-Indonesia, termasuk di Riau," katanya.
Ia menegaskan KLHK mendapat laporan adanya sejumlah perusahaan perkebunan di Riau yang diduga kuat terlibat dalam kasus kebakaran lahan. Selain PT Sumber Sawit Sejahtera (SSS) di Pelalawan yang sudah ditetapkan sebagai tersangka, masih ada dua perusahaan lagi yang akan menyusul. Siti Nurbaya mengatakan KLHK akan melaksanakan langkah kolaboratif bersama Polri untuk menindak pelaku pembakar lahan, termasuk di TNTN yang kini dalam kondisi memprihatinkan akibat dijarah hingga berujung pada karhutla.
Kepala Balai Taman Nasional Tesso Nilo, Halasan Tulus, menyatakan kebakaran di kawasan konservasi di Provinsi Riau itu terjadi secara sporadis, terutama di area perluasan yang ada aktivitas manusia.
"Kebakaran sporadis artinya begini, minggu ini terbakar di sini dan sudah kamipadamkan, muncul lagi di sebelah sana dan itu di area perluasan taman nasional eks konsesi HPH (hak pengusahaan hutan) yang memang sudah lama ada aktivitas manusia," katanya.
Kondisi TN Tesso Nilo diakui Halasan memang sangat kering karena kemarau, namun kebakaran terjadi sangat kecil kemungkinan terjadi secara alami. Area yang terbakar banyak terjadi di lokasi yang diokupasi oleh masyarakat, seperti di daerah Toro.
"Kebakaran secara alami kecil kemungkinannya. Dugaannya karena puntung rokok maupun karena pembersihan lahan bisa saja," ujarnya.
Ia mengatakan, area Tesso Nilo yang terbakar belum sampai ke hutan alamnya, namun memang mendekati area Kamp Tim Flying Squad, yang terdapat delapan ekor gajah jinak binaan WWF-Indonesia bersama balai taman nasional. "Memang mendekati sana, tapi sudah bisa dicegat (api) dan dipadamkan," ujarnya.
Upaya pemadaman dilakukan oleh tim gabungan dikerahkan, terdiri dari Balai TNTN, Polri, Masyarakat Peduli Api (MPA binaan Balai Taman Nasional Tesso Nilo), dan Tim Flying Squad. Pemadaman dilakukan siang dan malam untuk mematikan titik-titik api. Namun, hingga informasi ini disampaikan Senin 12 Agustus 2019, titik api belum seluruhnya berhasil dipadamkan.